Dibalik Runtuhnya Dominasi Tinju AS
Sabtu, 11 Agustus 2012 – 08:34 WIB
Langkah kedua adalah memperbaiki hubungan federasi tinju AS, personal trainer, dengan para petinjunya. Misalnya saja dengan yang terjadi petinju kelas berat ringan AS, Marcus Browne. Browne yang sebelum bertanding di Olimpiade diunggulkan menyabet emas, ternyata flop dan kalah di babak pertama alias 32 besar.
Personal trainer Browne sebelum Olimpiade, Gary Stark Sr menyebutkan Browne adalah petinju yang memiliki pukulan kuat dan bergaya boxer. "Saya sungguh kaget saat menonton Browne bertarung. Dia hanya sesekali memukul dan menjauh dari lawan. Itu bukan gaya dia. Pelatih salah dalam memberi materi latihan," tutur Stark.
Dalam kaca mata Stark, tinju AS salah kaprah dalam mengasah petinjunya. Stark menuding kalau tinju AS memperlakukan semua petinju yang turun di Olimpiade sebagai atlet tinju profesional. Padahal, membesut petinju amatir dengan pro sangat berbeda. Ibarat bumi dan langit.
"Pemain pro dididik untuk bertarung demi uang dan kejayaannya. Jadi dalam benaknya hanya ada kemenangan tanpa taktik tepat. Di kancah amatir, Anda butuh motivasi yang lebih tebal dibandingkan sekedar uang. Para pelatih itu tak menyadarinya pentingnya komunikasi personel," ucap Stark.
KEKUATAN Amerika Serikat di ring tinju begitu mengakar kuat. Sejak beberapa dekade lalu, nama-nama seperti George Foremann, Ray Leonard, Oscar De
BERITA TERKAIT
- Persiapan Piala AFF 2024, PSSI Panggil 31 Pemain, Ini Daftarnya
- Persib Berterima Kasih Kepada Liga 1 dan Bali United
- Bangkit dari Cedera, Fadillah Arbi Optimistis Raih Poin di Seri Pamungkas JuniorGP 2024
- Fakta-Fakta Menarik 33 Pemain Timnas Indonesia Proyeksi Piala AFF 2024
- Piala AFF 2024: Shin Tae Yong Panggil 4 Muka Baru ke Timnas Indonesia
- Daftar 33 Pemain Timnas Indonesia Proyeksi Piala AFF 2024, Ada 7 Nama Abroad