Dibangun 1775, Direnovasi Umat Nasrani

Dibangun 1775, Direnovasi Umat Nasrani
Dibangun 1775, Direnovasi Umat Nasrani
 

 Mereka terpaksa mendirikan mesjid di pinggir pantai, karena tidak diperkenankan oleh pemerintah Belanda membangunnya di pinggir jalan protokol saat itu.  Maka mesjid didirikan dan dinamai Al-Muttaqin yang artinya orang takwa.  Banyaknya pengikut membuat daya tamping di mesjid tidak memadai, sebagian pembawa ajaran Islam dari Ternate melanjutkan perjalanan mereka ke tempat lain yang juga masih di pinggiran pantai.  Kampung Ternate dan kampung Ketang Tua serta Kampung Ketang Baru tempat yang dituju setelah Pondol.

Tahun 1964 imam yang bertugas di mesjid tersebut ialah Haji Muhammad Al-Buchari.  Beliau begitu gigih dalam memperjuangan sehingga mesjid tua tersebut, didirikan dua tingkat supaya dapat menampung jemaat yang datang untuk sholat. Tahun 1973, pembangunan lantai dua mulai dilakukan, dana yang digunakan berasal dari jemaah dan masyarakat sekitar.  Bahkan, umat Nasrani yang berada disekitarnya juga menyumbangkan dana untuk pembangunan.  Bukan hanya itu saja, untuk perampungan lantai dua dilakukan juga oleh umat Nasrani.  Bentuk dan cirri kerukunan yang sangat dinamis yang terus dipertahankan secara turun temurun di Pondol, kerjasama yang baik selalu tercipta membuat masyarakat yang tinggal di dalamnya selalu merasa aman dan nyaman.

Menurut Al-Buchari, untuk membangun mesjid setiap hari dikumpulkan uang lewat jemaah dan sumbangan dari masyarakat sekitar.  Setiap Minggu dilakukan pembelian bahan material dan langsung bergerak untuk melakukan pengecoran dan perenovasian bagunan.  “Saya tidak mengalami kendala untuk membangun mesjid ini.  Pendekatan yang saya lakukan pada jemaah dan masyarakat sekitar membuat kami semua saling bergandengan tangan, sehingga mesjid ini dapat diselesaikan sampai lantai dua,” jelasnya.

Kerukunan antar umat beragama yang tercipta, membuat masyarakat di Pondol menjadi saudara satu dengan yang lainnya.  Perbedaan dan kemajemukkan yang ada di masyarakat dijadikan suatu senjata untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan.  “Tidak ada huru hara di Pondol, sebab kami disini saling menyayangi sebagai saudara,” ungkap Al-Buchari.

Sejak turun temurun pendirian mesjid Al Muttaqin mendapat dukungan dan partisipasi dari umat Nasrani yang tinggal di sekitarnya.  Kerukunan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News