Didera Vertigo, Novelis N.H. Dini Pilih Aktif Melukis
Jual Lukisan Tinta China untuk Biaya Hidup
Selasa, 30 Desember 2008 – 11:30 WIB
Ibu dua anak itu memang tidak bisa dipisahkan dari dunia sastra Indonesia. Lebih dari 30 karya, baik novel, kumpulan cerita pendek, maupun terjemahan, telah dibukukan. Beberapa di antaranya bahkan sudah beberapa kali cetak ulang. Beberapa penghargaan atas perannya di dunia sastra dia terima. Salah satunya SEA Write Awards 2003 dari Kerajaan Thailand. ’’Hitung saja sejak 1970 saya menulis. Hampir setiap tahun ada yang terbit,’’ ujarnya.
Hanya, sejak sekitar pertengahan 2008, aktivitas menulis pengarang novel laris Pada Sebuah Kapal (1972) dan La Barka (1975) itu terhenti. Dia lebih berkonsentrasi melukis, sebuah aktivitas yang sebenarnya juga digeluti sejak 1960-an.
Selama ini, Dini memang telanjur lebih dikenal sebagai pengarang daripada pelukis. Namun, saat usianya sudah kepala tujuh ini, dia mengharapkan kegiatannya melukis bisa menjadi gantungan hidup. Terutama saat royalti yang diterima dari penjualan buku-bukunya sudah tak mencukupi biaya hidupnya sehari-hari.
Belasan lukisan bergaya dekoratif Tiongkok kemarin masih tersimpan di pondoknya. Lukisan-lukisan tersebut dia tawarkan Rp 5 juta–Rp 9 juta per buah, bergantung ukuran dan bahan yang digunakan. Mantan pramugari Garuda tersebut lebih senang menggunakan media tinta bak China di atas kertas biasa dan kertas China.
Khusus lukisan di atas kertas China, harga yang ditawarkan memang lebih tinggi. ’’Sebab, kertas yang tipis itu harus dibeli di Hongkong atau Singapura. Tidak ada di sini (Indonesia),’’ tegasnya.
Dini mengaku, melukis di atas kertas China sangat sulit. Karena kertasnya rapuh, dia harus menorehkan kuas dengan cepat dan lembut. Tapi, kelebihannya, pada tahap washing (pemberian warna dasar) lebih mudah. ’’Kalau pakai kertas China, dikuas dari belakang langsung meresap. Kalau kertas biasa, pemberian warna dasar lebih lama karena sulit meresap,’’ jelasnya. Tinta bak China dipilih karena bisa didegradasi menjadi sembilan warna.
Kedatangan perwakilan komunitas baca Goodreads Indonesia bersama Radar Semarang bertujuan mempersiapkan acara ulang tahun bagi Dini. Yakni, pada akhir Februari atau awal Maret 2009. Acara itu memang tak sepenuhnya bisa disebut peringatan ulang tahun karena wanita tersebut lahir pada 29 Februari. Tanggal itu hanya muncul empat tahun sekali (tahun kabisat).
Kegiatan tersebut, kata Amang, akan dikemas seperti ajang pertemuan antara pengarang dengan pembaca. Dini akan diberi kesempatan membacakan bagian novel yang ditulisnya dilanjutkan dengan diskusi dengan pembaca. ’’Selain itu, akan ada pameran serta lelang lukisan-lukisan karya Bu N.H. Dini,’’ tutur Amang yang kemarin mengambil foto beberapa lukisan untuk membuat katalog.
Pengarang terkemuka N.H. Dini mengisi hari tua dengan aktif melukis. Karya lukisnya dijual untuk mengongkosi pengobatan sakitnya serta biaya hidup
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408