Digebuk Donald Trump, Huawei Nekat Bertarung di Pengadilan AS

Huawei adalah perusahaan pembuat telepon pintar terbesar kedua di dunia. Namun, mereka masih bergantung pada barang-barang dari AS dan beberapa negara lainnya. Misalnya, pembuatan cip dan sistem operasional (OS).
"Keputusan (AS) ini berpotensi membahayakan pelanggan kami di lebih dari 170 negara, termasuk lebih dari 3 juta konsumen pengguna produk dan layanan Huawei di seluruh dunia," ujar Song.
Ross O'Brien, kepala konsultan untuk perusahaan konsultan telekomunikasi Ovum, mengungkapkan bahwa langkah hukum yang diambil Huewei sudah benar.
Menurut O'Brien, motif pemerintah AS lebih pada kompetisi perdagangan dan geopolitik daripada ancaman keamanan yang sesungguhnya. Meski begitu, dia meyakini bahwa Huawei sulit menang di meja hijau. Sesuai jadwal, proses dengar pendapat dijadwalkan pada 19 September di Distrik Timur Texas. (sha/c10/dos)
Huawei tak mau berpangku tangan menerima nasib. Mereka menggenjot usaha untuk membebaskan diri dari belenggu keputusan sepihak pemerintah AS.
Redaktur & Reporter : Adil
- Rupiah Nyaris Rp 17 Ribu, Cermin Ketidaksiapan Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi
- Buruh Jabar Khawatir Tarif Trump Bakal Memicu PHK Massal
- Realitas Utang
- Prabowo & Anwar Ibrahim Bahas Dampak Kebijakan Tarif Impor Donald Trump
- Wakil Ketua DPR RI Adies Kadir Sampaikan Usulan Guna Mitigasi Kebijakan Tarif Resiprokal AS
- Demo di Akhir Pekan, Ribuan Warga Amerika Kecam Persekutuan Elon Musk & Donald Trump