Digempur, Pemimpin Tertinggi Abu Sayyaf Mampus
’’Hari ini (kemarin, Red) belum bisa dipulangkan karena mereka masih menjalani pemeriksaan kesehatan dan tentara Filipina juga ingin tahu mereka bersembunyi di mana,’’ kata Ryamizard usai mengisi kuliah umum di Universitas Pattimura, Ambon, Maluku kemarin.
Dia menjelaskan bahwa soal kepulangan keempat WNI tersebut kini berada dalam urusan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). ’’Jadi saya serahkan ke sana,’’ tuturnya.
Ryamizard menjelaskan bahwa masalah penyanderaan WNI oleh kelompok radikal di Filipina tersebut sangat menguras energi pemerintah. Sebab, kredibilitas pemerintah dalam melindungi segenap warga negara sangat diuji dalam masalah tersebut.
Karena itu, Ryamizard meminta agar para nelayan semakin meningkatkan kewaspadaan serta kedisiplinan ketika melintasi di perairan-perairan yang rawan penculikan maupun perompakan. Terutama di perbatasan Filipina.
’’Capek lah. Bukan karena apa-apa tapi karena pemerintah juga memiliki pekerjaan lain. Kalau terjadi sekali dua kali wajar. Tapi kalau sampai keseringan terjadi kan susah,’’ keluhnya.
Ryamizard juga menduga bahwa penyanderaan terjadi karena adanya pihak yang menjadi informan untuk kelompok Abu Sayyaf.
Informan tersebut bertugas memberikan sinyal kepada kelompok tersebut ketika ada kapal barang atau ikan dari Indonesia akan mendekat ke wilayah mereka.
’’Orang-orang yang ngasih informasi ini orang-orang kita juga nih. Saat ini sedang ditelusuri, susah mengungkapnya,’’ terangnya.
JAKARTA – Setelah berhasil membebaskan tiga WNI, ribuan pasukan Filipina yang didukung tentara Moro National Liberation Front (MNLF)
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina
- Wapres Sara Duterte Digugat Pidana oleh Kepolisian Filipina
- Rawhi Fattuh Jadi Calon Kuat Presiden Palestina, Siapakah Dia?
- Mahmoud Abbas Keluarkan Dekrit Demi Penggantinya di Jabatan Presiden Palestina
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan