Digitalisasi Hortikultura Indonesia Menuju Industri 4.0
Dengan pemrograman yang dimiliki, alat ini dapat membantu menentukan waktu tanam yang tepat dengan memperhitungkan kondisi lingkungan sehingga mampu membantu petani beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berubah.
Secara keseluruhan, sistem kerja alat dan aplikasi ini telah memanfaatkan kecerdasan buatan (artificial intelegency) dalam proses perhitungannya.
Petani, petugas dan semua yang sudah memiliki akun di dalam aplikasi dapat ikut memantau kondisi pertanaman dari jauh dan dapat bersama-sama mengetahui status pertanaman secara real time.
Alat ini membutuhkan akses internet untuk mengirimkan data secara periodik kurang lebih tiap sepuluh menit dari alat yang dipasang di kebun pada server di aplikasi.
Pengguna tidak perlu khawatir akan sumber daya yang digunakan. Sebab, alat ini menggunakan panel surya untuk menyerap energi matahari untuk disimpan di dalam baterai.
Bila terjadi sesuatu yang menyebabkan sistem mati, pengguna tidak perlu kahwatir karena database sudah dikumpulkan di lapang.
Data ini disimpan di dalam sistem block chain dan akan disusun kembali secara otomatis untuk mendapatkan pola yang tepat setelah alat berfungsi kembali.
Alat ini pertama kali digunakan untuk bawang merah di Malang guna mendukung pengembangan kawasan bawang merah berbasis korporasi yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Hortikultura. (adv/jpnn)
Setelah sekian lama berkutat dengan pola konvensional, petani hortikultura tidak lama lagi akan menjadi bagian utuh dari dunia digital.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Menteri SYL Sampaikan Arah Kebijakan Pertanian Kementan Pada 2021
- Harga Kedelai tak Stabil, Mentan Syahrul Yasin Limpo Langsung Lakukan Ini
- Kementan Ungkap 10 Provinsi Produsen Jagung Terbesar Indonesia
- Realisasi RJIT Ditjen PSP Kementan di Kabupaten Bandung Melebihi Target
- Mentan SYL Tingkatkan Produksi Pertanian di Sulawesi Utara
- Covid-19 Tantangan Bagi Kementan untuk Penyediaan Pangan, Mohon Doanya