Digoel

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Digoel
Menteri Sosial Tri Rismaharini. Foto: Ricardo/JPNN.com

Hukuman ini tidak punya batas waktu. Hanya gubernur jenderal yang boleh mencabut hukuman tersebut.

Kamp Boven Digoel dibangun menyusul perlawanan penganut komunis pada 1926-1928. Penguasa Hindia Belanda memerintahkan penangkapan massal.

Sebanyak 13 ribu orang ditahan, 4.500 orang di antaranya diproses, didakwa dan dipenjara. Sisanya dibebaskan.

Dari 4.500 orang yang dijatuhi hukuman, Belanda memilih 1000-an orang yang dianggap benar-benar kepala batu dan berbahaya. Mereka inilah yang pertama kali dibuang ke Digoel.

Perlawanan kaum komunis yang berhasil diredam, kemudian dilanjutkan oleh golongan Islam-Nasionalis setelah 1927. Mereka inilah yang ikut dibuang ke Digoel.  Termasuk Hatta dan Sjahrir.

Sastrawan Pramoedya Ananta Toer yang merupakan alumnus kamp Pulau Buru, menuliskan kisah-kisah orang buangan Digoel dalam buku "Cerita dari Digul" (Gramedia, 2001).

Pram mengumpulkan lima cerita dari lima alumnus Digoel berisi kisah penangkapan dan latar belakang, serta berbagai tantangan hidup sebagai orang buangan di tanah gersang.

Asa seorang kuli bernama Rustam yang bekerja di perkebunan Belanda. Ia membela kawan sesama kuli yang mendapat perlakuan tidak adil dan disiksa pengawas perkebunan.

Risma perlu mendengar nasihat ini supaya hatinya lebih lembut dan lebih paham kemanusiaan dan sejarah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News