Dijemput Mobil, Bawa Baju Sisa yang Kering

Dijemput Mobil, Bawa Baju Sisa yang Kering
CARI AMAN: Madali, warga Desa Bangah, Kecamatan Gedangan, yang memilih tidur di tempat pengungsian. Foto: Dimas Alif/Jawa Pos

Kakek enam orang cucu itu mengatakan, selama 33 tahun tinggal di Desa Bangah baru kali ini mengalami banjir cukup parah yang memaksanya mengungsi. ”Tahun 1991 memang pernah banjir dengan air yang tinggi juga. Tapi, cepat surut dan tidak sampai berhari-hari seperti ini,” kenangnya.

Kala itu, kenang dia, warga tidak sampai mengungsi. Bapak tiga anak tersebut juga mengaku masih bisa beraktivitas seperti biasa. Tapi, sekarang banjir yang cukup besar datang lagi. Bedanya, kali ini Madali harus mengungsi.

Dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Sebab, kedua kakinya kini lumpuh. Di pengungsian, kaki Madali yang lebih kecil daripada ukuran normal hanya ditutupi kain sarung putih. Dia tidur dengan hanya memakai kaus dalam. ’’Supaya tidak kepanasan,’’ katanya.

Di dekat kaki kiri Madali terdapat pispot (tempat untuk kencing) yang dibungkus kresek hitam. Dia tidur hanya beralas tikar dan perlak.

Barang bawaan Madali memang tidak banyak. Hanya beberapa pakaian dan perlengkapan penting. Di atas bantalnya, ada dua butir kentang rebus yang telah dikupas.

Di sebelah Madali, Mawati –istri tercintanya– tidur. Perempuan 55 tahun itulah yang selama ini merawat Madali.

Pasangan tersebut dievakuasi ke pengungsian dengan menggunakan mobil BPBD. Menurut Madali, baru dua tahun terakhir dirinya tidak bisa berjalan. Penyebabnya stroke. Awalnya, kakinya masih bisa melangkah meski harus menggunakan kruk. ’’Saya jatuh saat membetulkan plafon,” ujarnya.

Akibatnya, pinggangnya patah. Sejak itu dia tidak mampu berjalan normal.

GEDUNG serbaguna milik Desa Bangah benar-benar sesuai namanya, berguna untuk beragam keperluan warga. Bisa untuk pertemuan, hajatan, atau saat banjir

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News