Dikecewakan Dunia Aktivis, Suciwati Membuka Usaha
Sebagian Keuntungan untuk Korban Pelanggaran HAM
Sabtu, 02 Juli 2011 – 14:43 WIB
Suciwati di toko suvenirnya. Foto: Malang Post/JPNN.
Suciwati sengaja kembali ke Malang dan membuka usaha untuk menjaga jarak dengan banyak rekan aktivis yang dia nilai telah menggadaikan idealisme. Dia tak mau "menjual" Munir di tokonya.
TIGA deret rak berukuran besar mengisi toko di Jalan Panglima Sudirman Kavling 4 No. 16, Karangploso, Malang, itu. Dua berdiri tepat di kiri-kanan tembok ruangan, satu lainnya di tengah keduanya.
Rak-rak tersebut penuh cemilan khas Malang, seperti kerupuk, keripik tempe, dan buah-buahan. Di rak bagian depan, tepat di dekat pintu masuk, dipajang suvenir kerajinan tangan berbahan kayu. Lemari kaca di sampingnya berisi suvenir berbahan kain batik.
"Yang ini buatan ibu-ibu warga sekitar sini (Karangploso)," terang Suciwati, sang pemilik toko, saat ditemui Jawa Pos awal pekan ini.
Suciwati sengaja kembali ke Malang dan membuka usaha untuk menjaga jarak dengan banyak rekan aktivis yang dia nilai telah menggadaikan idealisme.
BERITA TERKAIT
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara