Dikecewakan Dunia Aktivis, Suciwati Membuka Usaha

Sebagian Keuntungan untuk Korban Pelanggaran HAM

Dikecewakan Dunia Aktivis, Suciwati Membuka Usaha
Suciwati di toko suvenirnya. Foto: Malang Post/JPNN.
"Untuk itu, saya pun memanfaatkan masa emas Alif, 1?5 tahun, untuk memberikan terapi autis," kenangnya.

Perhatian penuh Suci tidak sia-sia. Kini kondisi Alif meningkat secara signifikan. Kakak Diva Suukyi Larasati, 8, itu bahkan membuat Suci bangga karena mampu mengambil beberapa keputusan penting untuk masa depannya sendiri. "Termasuk memilih untuk mondok (belajar di pondok pesantren)," tambah Suci. Kini ibu dua anak tersebut hanya bertemu Alif "yang mondok di sebuah pesantren di Malang" seminggu sekali, yaitu saat akhir pekan.

Nah, ketika kondisi Alif semakin membaik, tepatnya pada 2003, Munir meminta Suci ke Jakarta untuk menemani hari-harinya. Setahun kemudian rencana membuka usaha kembali muncul.

"Waktu itu, rencana saya mau kembali ke Malang dan mulai usaha setelah almarhum balik dari Belanda (meneruskan pendidikan S2)," tuturnya.

Suciwati sengaja kembali ke Malang dan membuka usaha untuk menjaga jarak dengan banyak rekan aktivis yang dia nilai telah menggadaikan idealisme.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News