Dikecewakan Dunia Aktivis, Suciwati Membuka Usaha
Sebagian Keuntungan untuk Korban Pelanggaran HAM
Sabtu, 02 Juli 2011 – 14:43 WIB
"Untuk itu, saya pun memanfaatkan masa emas Alif, 1?5 tahun, untuk memberikan terapi autis," kenangnya.
Perhatian penuh Suci tidak sia-sia. Kini kondisi Alif meningkat secara signifikan. Kakak Diva Suukyi Larasati, 8, itu bahkan membuat Suci bangga karena mampu mengambil beberapa keputusan penting untuk masa depannya sendiri. "Termasuk memilih untuk mondok (belajar di pondok pesantren)," tambah Suci. Kini ibu dua anak tersebut hanya bertemu Alif "yang mondok di sebuah pesantren di Malang" seminggu sekali, yaitu saat akhir pekan.
Nah, ketika kondisi Alif semakin membaik, tepatnya pada 2003, Munir meminta Suci ke Jakarta untuk menemani hari-harinya. Setahun kemudian rencana membuka usaha kembali muncul.
"Waktu itu, rencana saya mau kembali ke Malang dan mulai usaha setelah almarhum balik dari Belanda (meneruskan pendidikan S2)," tuturnya.
Suciwati sengaja kembali ke Malang dan membuka usaha untuk menjaga jarak dengan banyak rekan aktivis yang dia nilai telah menggadaikan idealisme.
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara