Dikotomi Militer-Sipil Sebaiknya jadi Mitos
Selasa, 02 Juni 2009 – 19:50 WIB
Jatuhnya pilihan JK kepada Wiranto, kata Yuddy, semata-mata bukan karena dia tentara. Melainkan melalui sebuah penjajakan, sehingga ada kombinasi lengkap sipil-militer dan non Jawa-Jawa yang menjadi suatu pasangan nusantara. "Inilah konsep yang hendak dibangun oleh tim sukses JK-Win," ungkapnya.
Baca Juga:
Ditambahkan Yuddy, kecepatan dan ketepatan itu sendiri bukan semata-mata milik militer. Tapi itu juga soal karakter seseorang. "Kedislipinan dalam militer itu ada di karakter JK. Jadi bukan soal itu punya sipil atau militer," tukasnya.
Sementara itu, Ketua FPD Syarif Hasan mengatakan perlunya sedikit revisi soal pemerintahan militer. "Bukan pemerintahan militer, tapi bekas militer yang di pemerintahan. Jadi tetap saja pemerintahan sipil. Kalau lebih cepat lebih baik akhirnya kalah atau melanggar undang-undang, itu tidak menjamin lebih bagus," terangnya pula.
Disampaikan Syarif, yang penting itu adalah hasil. Menurutnya, SBY memang berlatar belakang militer-sipil, namun memiliki pemikiran bagaimana menempatkan militer menjadi lebih baik. "Dia adalah penggagas reformasi TNI, (juga) politik luar negeri dalam menyelesaikan konflik mengutamakan diplomasi," tambahnya.
JAKARTA - Soal dikotomi militer-sipil hendaknya jangan dipersoalkan lagi. Dikotomi tersebut jauh akan lebih bermanfaat bagi bangsa dan negara ini,
BERITA TERKAIT
- Heboh Aparat Nyatakan Dukungan ke YSK, Pengamat: Pelanggaran Netralitas
- Korban Erupsi Gunung Lewotobi Tetap Bisa Gunakan Hak Pilih di Pilkada 2024
- Kejari Morowali Konfirmasi Pemanggilan Anwar Hafid Hoaks
- Hasto PDIP Nilai Prabowo Sosok Kesatria, Lalu Menyindir Jokowi
- Akun Medsos PJ Bupati Temanggung Diserang Warganet: Stop Cawe-Cawe
- 3 Pejabat di Banggai Diduga Langgar Aturan Netralitas ASN, Gakkumdu Ancam Jemput Paksa