Dikritik, Pelesiran Jalan Terus
Anggaran Tahun Depan Malah Lebih Gendut
Selasa, 21 September 2010 – 07:14 WIB
JAKARTA -- Kerasnya kritik publik terhadap maraknya "pelesiran" pejabat negara dengan dana APBN belum mendapat respons positif. DPR dan pemerintah masih menutup mata. Bukannya mengevaluasi serius semua agenda perjalanan kunker dalam negeri dan luar negeri, mereka justru mengajukan anggaran kunker yang jauh lebih besar untuk tahun depan. Yuna membeberkan data. Menurut dia, dalam tiga tahun terakhir, belanja perjalanan terus meningkat tajam. Dari Rp 11,1 triliun pada 2008 dan Rp 15,1 triliun pada 2009 menjadi Rp 19,5 triliun pada 2010. "Pada 2011 belanja perjalanan direncanakan menjadi Rp 20,9 triliun," ungkap Yuna lantas menggeleng-gelengkan kepalanya.
Bila tahun ini total anggaran perjalanan dinas itu adalah Rp 19,5 triliun, pada 2011 mereka mengajukan Rp 20,9 triliun. "Padahal, setiap tahun dalam rangka pembahasan anggaran, presiden selalu meminta kementerian dan lembaga menghemat belanja perjalanan, tapi praktiknya justru meningkat. Ini menunjukkan imbauan penghematan masih sebatas retorika," kata Sekjen Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Yuna Farhan di Jakarta kemarin (20/9).
Baca Juga:
Dia juga pesimistis DPR mampu melakukan pressure kepada pemerintah untuk merasionalisasi anggaran perjalanan dinas. "Sebab, DPR juga berfoya-foya dengan melakukan berbagai kunjungan ke luar negeri," kritiknya.
Baca Juga:
JAKARTA -- Kerasnya kritik publik terhadap maraknya "pelesiran" pejabat negara dengan dana APBN belum mendapat respons positif. DPR dan
BERITA TERKAIT
- Resmikan Masjid Al-Jihan di Garut, Panglima TNI: Simbol Penguatan Nilai Keagamaan dan Sosial
- Beri Swasta Peran Lebih Besar untuk Infrastruktur, Prabowo: Lebih Efisien dan Tepat Waktu
- Anggota DPR Maria Lestari Kembali Mangkir, KPK Merespons Begini
- Soal Usulan MBG Pakai Dana Zakat, Presiden Prabowo Bereaksi Begini
- Bentrok GRIB vs Pemuda Pancasila di Bandung Berakhir Damai
- Presiden Prabowo Serahkan Pembangunan Infrastruktur kepada Swasta