Dilema Membuka Sekolah di Saat Covid-19 Masih Merajalela
Kemudian perlu adanya insentif berupa bonus untuk guru tersebut karena beban kerjanya tambah.
"Satu guru mapel mengajar dua kali, tambah ngajar itu apa tidak dikasih bonus itu? Kemudian setiap sekolah harus siapkan handsanitizer, siswa masuk kelas dijamin cuci tangan. Jamnya juga harus terbatas, tidak mungkin penuh," jelas politikus asal Jawa Timur ini.
Kesimpulannya, kata Prof Zainuddin, memaksakan membuka sekolah berdampak pada penambahan biaya.
Hal ini menurutnya sudah ada yang melakukan uji coba di Jawa Barat. Mereka melakukan simulasi setiap meja dikasih pembatas antarsiswa.
"Duitnya siapa itu? Duit dari mana? Pemerintah mau enggak kasih itu," tegas mantan rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya ini.
Maka dari itu, dia menyarankan supaya program organisasi penggerak (POP) yang menjadi polemik di-refocusing saja anggarannya.
Jangan berikan dana itu kepada para konglomerat.
"Nanti minta persetujuan komisi sepuluh. POP itu kan program elitis, itu nanti yang nikmati elite-elite saja, yang digerakkan malah tidak dapat kucuran anggaran," ucap Prof Zainuddin.
Prof Zainuddin menyebut ada dilema antara membuka sekolah di saat Covid-19 untuk belajar tatap muka.
- Usut Kasus Pengadaan APD Covid-19, KPK Periksa Song Sung Wook dan Agus Subarkah
- Saksi Ungkit Jasa Harvey Moeis dalam Penanganan Covid, Lalu Ungkap Pesan Jokowi & BG
- Usut Kasus Korupsi di Kemenkes, KPK Periksa Dirut PT Bumi Asia Raya
- Kasus Korupsi Proyek APD Covid-19, KPK Jebloskan Pengusaha Ini ke Sel Tahanan
- Korupsi Insentif Nakes RSUD Palabuhanratu, Polda Jabar Tangkap 3 Tersangka Baru
- Korupsi Pengadaan Masker Covid-19 di NTB, Kerugian Negaranya