Dimas Kanjeng dan Logika Ekonomi

Oleh: Zakki Amali

Dimas Kanjeng dan Logika Ekonomi
Zakki Amali

Dalam penafsiran yang lebih jauh, Habib Luthfi bin Yahya (2009: 137–144) menjelaskan bahwa karomah membuat hamba lebih dekat dengan Allah. 

Ada jenis keajaiban lain yang hasil akhirnya membuat hamba jauh dari Allah yakni istidraj (sihir). Keduanya bukanlah keajaiban, melainkan asrar (rahasia yang berupa kelebihan) yang diperoleh dengan upaya (tirakat).

Memaknai penggandaan uang sebagai karomah karena sifatnya yang luar biasa tidaklah tepat. Penggandaan uang dalam dimensi ini adalah sihir yang membuat orang semakin jauh dari Tuhan. 

Menurut Luthfi, para ulama telah lama mengkhawatirkan ekses negatif dari keajaiban tersebut. Orang hanya mengejar tujuan-tujuan keduniawian dengan ilmu yang bersifat lahiriah, lalu melalaikan Tuhan. Ilmu dipandang sebagai tujuan, bukan jalan untuk taqarrub ilallah.

Logika Ekonomi

Karomah dalam pemaknaan lain adalah kontinuitas. Sebuah pesan kenabian memberikan gambaran tentang suatu kerja yang istiqamah (ajek) lebih baik daripada seribu karomah (alfi karomah). 

Sesuatu yang dikerjakan dengan konsisten dalam waktu lama memiliki dampak yang besar dan mengakar daripada kerja-kerja instan mengandalkan keajaiban.

Praktik penggandaan uang secara gamblang adalah kerja instan untuk kaya. Fenomena serba-ingin cepat itu menunjukkan masih adanya mentalitas menerabas –meminjam istilah Koentjaraningrat– yang bercokol di masyarakat kita. 

Kasus pembunuhan berantai yang diduga diotaki Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Probolinggo, Jawa Timur, bagai sebuah pintu menguak dugaan praktik penggandaan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News