Dina Hidayana: Political Gastronomy Harus jadi Landasan Program Makan Siang Gratis

Sebab, kata Dina, beberapa penelitian terbaru yang mengkaji tentang preferensi generasi kekinian terhadap makanan menunjukkan signifikansi pergeseran dari selera tradisional ke modern, misalnya makanan impor lebih diminati dibandingkan jenis lokal.
Oleh karena itu, Dina memprediksi bagaimana jika kaum muda lebih menyenangi panganan asing dengan meminggirkan makanan khas tradisional Indonesia, maka kearifan lokal, terkhusus dalam hal pangan, dipastikan cepat atau lambat budaya pangan kita semakin hilang dari Bumi Pertiwi.
"Lebih jauh, kedaulatan dan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia akan sekadar menjadi catatan sejarah. Akulturasi maupun internalisasi produk ataupun budaya asing jangan sampai menghilangkan keIndonesiaan kita," tegas Dina.
Dina pun menyarankan pemanfaatan Political Gastronomy dengan mensosialisasikan kembali panganan lokal yang ramah di lidah dan menarik selera anak muda masa kini.
"Political Gastronomy bisa dijadikan landasan dalam penerapan program makan siang gratis. Generasi kekinian, terkhusus pelajar Indonesia, akan dipertontonkan secara konkret kehadiran negara dalam mengurus hak fundamental warganya. Program pemerintah apapun harus sejalan dengan optimalisasi kekuatan sumber daya nasional yang dimiliki, dengan meminimalisir importasi," pungkas Dina.(mcr10/jpnn)
Pengamat Pertahanan dan Pangan Dina Hidayana menilai program makan siang gratis yang digagas Prabowo-Gibran merupakan upaya merealisasikan moto kehadiran negara
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul
- Tingkatkan Stamina Saat Cuaca Dingin dengan Mengonsumsi 9 Makanan Ini
- 5 Makanan Super untuk Ibu Menyusui
- Ini Tujuan Bea Cukai Kenalkan Peran dan Fungsinya Kepada Murid TK hingga SMK
- Sinarmas Investama Ajak Generasi Muda Melek Investasi Digital
- Cegah Serangan Penyakit Alzheimer dengan Rutin Mengonsumsi 7 Makanan Ini
- 5 Makanan Kaya Protein untuk Vegan