Dinar-Dirham yang Mulai Populer sebagai Alat Pembayaran
Dapat Nasi Goreng Plus Kembalian Rp 20 Ribu
Sabtu, 09 Januari 2010 – 04:34 WIB
Satu dinar adalah keping emas seberat 4,25 gram atau jika dirupiahkan setara sekitar Rp 1,447 juta. Satu dirham adalah keping perak seberat 2,975 gram atau setara Rp 29.000. Tekad menjadikan dinar dan dirham sebagai alat bertransaksi membuat Zaim dan sejumlah rekannya menggagas jaringan bisnis terbuka yang menampung para wirausahawan yang mau menerima dinar dan dirham sebagai alat bertransaksi. "Kini, sudah ada sekitar 200 wirausaha yang bergabung," ungkap lulusan IPB dan peraih master public affairs di Department of Government and Public Administration, University of Sydney, Australia, tersebut.
Pebisnis yang bergabung berasal dari beragam bidang. Mulai toko pakaian, jasa katering, biro perjalanan, penyedia peranti lunak, hingga desain grafis. Zaim mengaku tidak bisa memantau nilai transaksi perdagangan di antara anggota jaringan itu. "Yang jelas, transaksi itu terus berjalan. Sebab, prinsip dasarnya sukarela menggunakan dinar dan dirham," ujar ayah lima anak tersebut.
Dia menuturkan, banyak keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan dinar dan dirham sebagai alat transaksi. Sebab, mata uang itu terkenal paling stabil dan bisa melawan ganasnya inflasi. "Kita ini dipaksa menggunakan rupiah di Indonesia. Lalu, ketika ke Singapura dipaksa menggunakan dolar Singapura," ucap Zaim yang juga ketua PIRAC (Public Interest Research and Advocacy Center) itu.
Padahal, kata dia, nilai setiap rupiah yang kita pegang akan terus jatuh. "Tidak dirampok pun, nilai uang yang kita simpan di bank terus berkurang," tegas Zaim yang sudah menulis lebih dari sembilan buku tersebut.Saat ini, kata dia, banyak yang memegang dinar dan dirham karena percaya harga emas akan terus naik. Karena itu, mereka berpotensi memperoleh gain (keuntungan). Konsep itulah yang menjadikan dinar sebagai alat investasi dan komoditas murni.
Mengumpulkan keping emas (dinar) dan perak (dirham) sebagai koleksi dan sarana investasi sudah biasa. Namun, sekelompok wirausahawan kini getol memasyarakatkan
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408