Dinas Intelijen Australia Setop Gunakan Istilah Ekstremisme Islam
Dinas Intelejen Dalam Negeri Australia (ASIO) mulai sekarang tidak akan lagi menggunakan istilah ekstremis Islam ataupun ekstremis sayap kanan.
Selanjutnya, lembaga telik sandi itu menggantinya sebutan tersebut dengan istilah tindakan ekstrem yang dimotivasi oleh agama.
- ASIO tidak akan lagi merujuk pada istilah ekstrimis 'Islam" 'ekstra kana' atau 'ekstr kiri'
- Direktur Jenderal ASIO mengatakan para ekstrimis ini adalah pria dengan rata-rata usia 25 tahun
- Dua pria di Melbourne ditahan karena dituduh merencanakan serangan teror
Five Eyes melibatkan lembaga intelijen dari lima negara, yaitu Australia, Amerika Serikat, Inggris, Selandia Baru, dan Kanada.
"Kami tidak menyelidiki warga karena pandangan keagamaan mereka, yang relevan ialah tindak kekerasan yang mereka lakukan, dan ketika istilah 'ekstremisme Islam' digunakan, hal tersebut tidak cukup menjelaskan," katanya.
Burgees menuturkan beberapa kelompok Islam dan pihak lainnya melihat istilah tersebut merusak serta tidak mewakili Islam. Istilah itu juga menimbulkan stigma dan menimbulkan perpecahan.
"Bahasa yang kami gunakan harus berubah sesuai dengan perubahan ancaman yang ada," ujarnya.
Burgess juga menggambarkan hal seperti 'ekstrem kanan atau kiri' tidak lagi relevan dalam situasi sekarang ini.
Dinas Intelijen Dalam Negeri Australia (ASIO) mulai sekarang tidak akan lagi menggunakan istilah ekstremis Islam
- Pemilik Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Minta Lebih Diperhatikan
- Apakah Bentrokan Indonesia dengan Kapal Tiongkok di Laut China Selatan Pertanda Konflik?
- Jenazah WHV Asal Indonesia Belum Dipulangkan, Penyebab Kecelakaan Masih Diselidiki
- Dunia Hari Ini: Ratusan Warga Sudan Meninggal Akibat Serangan Paramiliter
- Jujur, Nova Arianto Kurang Puas Timnas U-17 Indonesia Imbang Melawan Australia
- Timnas U-17 Indonesia Lulus ke Piala Asia U-17 2025