Dinasti Politik Rajapaksa di Sri Lanka Terancam Ambruk, Apa Penyebabnya?

Dinasti Politik Rajapaksa di Sri Lanka Terancam Ambruk, Apa Penyebabnya?
Orang-orang meneriakkan yel-yel yang menentang Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dan menuntut agar dinasti politik Rajapaksa untuk mundur, selama protes di tengah krisis ekonomi negara itu, di Lapangan Kemerdekaan di Kolombo, Sri Lanka, 4 April 2022.(ANTARA/Reuters/Dinuka Liyanawatte/as)

Anak kelima dari sembilan bersaudara yang lahir dari keluarga politik di Sri Lanka selatan, Nandasena Gotabaya Rajapaksa bergabung dengan militer pada 1971.

Selama perang saudara yang berlangsung 26 tahun itu, dia terlibat dalam operasi melawan pemberontak Tamil.

Pada 2005, setelah bertahun-tahun pensiun dan bermigrasi ke Amerika Serikat, Gota kembali ke Sri Lanka dan bergabung dengan pemerintahan Mahinda sebagai menteri pertahanan. Tugasnya, mengakhiri perang saudara secara brutal dan menewaskan 80.000-100.000 orang.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menuduh kedua pihak yang bertikai melakukan kejahatan perang selama konflik berlangsung.

Gota menghadapi pengadilan sipil atas dugaan melakukan kekejaman di masa perang. Dia mengaku tidak bersalah dan kasusnya dihentikan karena kekebalan politik.

Memanfaatkan gelombang nasionalis setelah serangan mematikan oleh kelompok militan Islam, Gotabaya merebut kursi presiden pada 2019.

Beberapa bulan kemudian, partai Sri Lanka Podujana Peramuna yang dipimpin Rajapaksa mengalahkan oposisi dengan telak pada pemilihan parlemen. Kemenangan itu membantu kakaknya Mahinda terpilih menjadi perdana menteri.

"Kami akan memastikan (Sri Lanka) tidak akan kecewa selama kami menjabat," kata Mahinda setelah kemenangannya pada 2020.

Kurang dari setahun sejak mencapai puncak kekuasaan, dinasti politik Rajapaksa di ambang kehancuran, apa penyebabnya?

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News