'Dipanggil Presiden Jokowi ke Istana atau Saya Meninggal'

'Dipanggil Presiden Jokowi ke Istana atau Saya Meninggal'
Indra Azwan bersama sejumlah mahasiswa di Kantor LBH Padang. Foto: Padang Ekspres/JPG

“Saya akan terus mencari keadilan. Hanya dua hal yang bisa menghentikan aksi saya. Dipanggil Presiden Jokowi ke Istana Negara atau saya meninggal,” ujarnya penuh emosi.

Selain itu, dalam setiap perjalanannya, Indra selalu mengajak para aktivis setiap daerah bangkit dan bersuara menuntut keadilan. 

“Jangan hanya diam saja atas ketimpangan hukum yang kita rasakan selama ini. Ayo bersuara! Lakukan hal sekecil apa pun untuk perubahan negeri ini,” serunya di hadapan puluhan aktivis NGO dan mahasiswa serta jurnalis.

Sekadar diketahui, kasus tabrak lari atas Rifki yang terjadi tahun 1993, dilakukan oknum polisi. Tahun 2008, majelis hakim berpendapat bahwa kasus tersebut sudah kedaluwarsa.

Atas putusan itu melalui Oditur Militer, Indra mengajukan peninjauan kembali (PK) yang dimasukkan pada Juli 2014. Namun, sampai saat ini tidak diketahui apakah sudah putus atau belum. 

“Saya hanya meminta salinan putusan dari Mahkamah Agung. Namun, sampai kini tidak diberikan. Tentu saja itu menghalangi saya untuk melakukan advokasi lainnya,” terang Indra.

Dari Padang, Indra berencana melanjutkan aksi jalan kaki ke Jambi dan terus ke Bengkulu. 

“Di mana saya singgah, saya akan terus menyuarakan keadilan. Biar masyarakat tahu beginilah sulitnya mendapatkan keadilan itu. Jika suatu saat saya bertemu Jokowi, ada tiga poin yang akan saya sampaikan. Melaporkan seorang pejabat di negeri ini, menyampaikan amanah mantan anggota GAM, serta minta penyelesaian terhadap kasus anak saya secara transparan. Jika ketemu, saya tidak mau janji-janji lagi. Melainkan harus ada perjanjian hitam di atas putih,” pungkas Indra. (v/sam/jpnn)



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News