Dipecat Dewas, Helmy Yahya Banggakan Laporan Keuangan TVRI
“Kata Bang Afni kalau share di bawah satu persen itu seperti meraung di ruang hampa, tidak ada yang mendengar,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Helmy, tidak sedikit yang bilang logo TVRI jadul (zaman dulu), peralatan banyak rusak, corporate culture tak terlalu terbentuk dengan baik. Bahkan, ujar Helmy, laporan keuangan TVRI tiga kali mendapatkan disclaimer atau Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menolak memberikan pendapat.
Tidak cuma itu, katanya, pengelolaan aset TVRI sangat memprihatinkan.
“Begitu saya jadi dirut, teman-teman di berita bilang ada 200 kamera hilang, ada 200 laptop hilang,” katanya.
Helmy menambahkan kondisi karyawan juga sangat memprihatinkan karena mereka baru saja kehilangan tunjangan. Helmy mengaku sedih, dan bersama direksi lainnya kemudian memperjuangkan semua persoalan termasuk nasib karyawan.
Menurut dia, berbulan-bulan karyawan hanya menerima gaji pokok.
“Seorang kabid (kepala bidang) sudah bekerja lebih 30 tahun hanya bawa pulang lima sekian juta untuk hidup di Jakarta, bayangkan,” ujarnya.
Lantas, ia menjelaskan, direksi membuat prioritas perubahan. Dia bersyukur dalam dua tahun sudah banyak pencapaian-pencapaian.
Helmy Yahya mengaku dulu saat menjabat menjadi dirut tidak boleh bicara, kini setelah dipecat dewas TVRI, dia baru berkomentar.
- Optimalisasi AI pada HR Meningkatkan Produktivitas Pekerja
- TVRI Jadi Televisi Pertama Bayar Royalti Sesuai Tarif Menteri
- Rayakan HUT ke-5, SAVASA Gelar Talk Show Bersama Helmy Yahya
- Di SODA X, Helmy Yahya Beri Pelatihan Gratis kepada Pelaku UMKM dan Anak Muda Tangsel
- Film Dokumenter Desa Transmigrasi Sawit Tayang 3 Hari di TVRI
- Gelar Pembekalan Bacaleg ala TED-X, PSI DKI Hadirkan Helmy Yahya