Dipotong Pakai Cusa, Harus Rapi dan Tidak Berdarah

Dipotong Pakai Cusa, Harus Rapi dan Tidak Berdarah
OPERASI - Tim dokter RSUD dr Soetomo Surabaya di ruang operasi donor, memperhatikan cara pemotongan hingga pencucian liver dan penutupan perut pasien. Foto: Nany Wijaya/Jawa Pos.
Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan dengan sangat hati-hati karena sangat menentukan kualitas potongan liver yang akan dipasang ke donor dan yang terpenting, nasib sang donor sendiri.

Kalau salah potong, bisa terjadi perdarahan hebat yang salah-salah bisa merenggut nyawa si donor. Tragis sekali kalau hal itu sampai terjadi, karena donor hidup biasanya orang sehat dan berusia produktif. Sebab, salah satu syarat untuk menjadi donor hidup adalah berusia di bawah 50 tahun. Selain livernya harus sehat, tidak punya penyakit kanker yang bisa menyebar, diabetes atau gangguan jantung, paru, dan ginjal. Orang berusia 55 tahun juga masih bisa jadi donor liver, tapi yang terbaik adalah yang di bawah 50 tahun.

Selain untuk menghindari perdarahan, mengetahui posisi pembuluh darah liver sangat penting. Sebab, yang harus dibagi antara donor dan resipien (penerimanya) bukan cuma livernya, tapi juga pembuluh darahnya.

Seperti diketahui, liver terdiri atas dua bagian. Masing-masing bagian disebut dengan lobus. Besar kedua lobus itu tidak sama. Yang kanan lebih besar (65 persen) daripada yang kiri (35 persen). Kalau resipiennya bertubuh besar, yang diambil dari donor adalah lobus kanan. Kalau kecil atau wanita, biasanya yang dipakai lobus kiri. Sedangkan anak kecil dan bayi, hanya dua segmen (sekitar separo) dari lobus kiri. Keseluruhan liver memiliki delapan segmen.

Tepat sekali mantan CEO Jawa Pos yang kini menjadi Dirut PLN, Dahlan Iskan, menganjurkan tim liver transplant RSUD dr Soetomo Surabaya agar belajar

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News