Dipotong Pakai Cusa, Harus Rapi dan Tidak Berdarah

Dipotong Pakai Cusa, Harus Rapi dan Tidak Berdarah
OPERASI - Tim dokter RSUD dr Soetomo Surabaya di ruang operasi donor, memperhatikan cara pemotongan hingga pencucian liver dan penutupan perut pasien. Foto: Nany Wijaya/Jawa Pos.
Masing-masing lobus memiliki pembuluh darah sendiri, tetapi saling berhubungan. Terutama cabang-cabangnya. Bentuk dan jumlah cabang-cabang tersebut tidak sama pada setiap orang. Karena itu, dokter harus sangat sangat berhati-hati dan jeli saat membelahnya, agar liver yang diberikan kepada resipien maupun yang ditinggal di tubuh donor sama-sama berfungsi dan hidup sebagaimana mestinya.

Liver adalah satu-satunya organ dalam tubuh manusia yang bisa tumbuh sendiri. Hanya, pertumbuhan kembali liver donor jauh lebih cepat daripada yang ada di tubuh resipien. Bahkan, dua hari setelah dipotong, liver donor sudah menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan kembali. Dalam tempo dua tahun, liver donor sudah kembali utuh.

Pertumbuhan yang ada di tubuh resipien memang tak secepat itu. Tetapi, begitu pembuluh-pembuluh darahnya tersambung sempurna, potongan liver yang hanya separo (atau secuil pada anak-anak) itu sudah langsung berfungsi. Maha Besar Tuhan!

Rumitnya pemotongan liver tidak hanya menyangkut pembuluh darah dan saluran empedunya. Tetapi juga pada tepian potongan yang harus rapi dan tidak berdarah. Karena itu, dianjurkan untuk menggunakan cusa. Pemotong liver yang mata pisaunya bukan metal, tapi berupa gelombang ultrasounds. Alat yang sangat mahal tersebut sudah dimiliki RSUD dr Soetomo Surabaya.

Tepat sekali mantan CEO Jawa Pos yang kini menjadi Dirut PLN, Dahlan Iskan, menganjurkan tim liver transplant RSUD dr Soetomo Surabaya agar belajar

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News