Dipotong Pakai Cusa, Harus Rapi dan Tidak Berdarah

Dipotong Pakai Cusa, Harus Rapi dan Tidak Berdarah
OPERASI - Tim dokter RSUD dr Soetomo Surabaya di ruang operasi donor, memperhatikan cara pemotongan hingga pencucian liver dan penutupan perut pasien. Foto: Nany Wijaya/Jawa Pos.
Peralatan operasinya? Wah dan mahal. Itu bisa dilihat dari merek dan bentuknya. Hampir tak ada sarana operasi di situ, termasuk pisau bedah, gunting, dan klem-klem untuk operasinya, yang bermerk lokal. Hampir semua bikinan Eropa dan Amerika Serikat. Begitu pula dengan obat-obatan dan cairan yang digunakan.

Semua atau 10 ruang operasi di lantai itu dilengkapi monitor, ultrasonografi untuk melihat aliran darah di pembuluh darah, dan alat rontgen ber-"lengan". Ketika kami masuk ke ruang sebelah, tampak seorang anak muda bertubuh kekar tergolek di meja operasi dalam keadaan lemas tetapi sadar. Dada, lengan, hidung, dan mulutnya juga masih "bebas". Artinya, belum disambung dengan jarum-jarum, alat-alat monitor, atau slang-slang pembiusan. Bahkan, kateter untuk kencing pun belum terpasang. Dan karena itu, meja operasinya belum ditinggikan.

Meja operasi di situ bisa dinaikturunkan dan dicondongkan ke arah kepala maupun kaki, sesuai kebutuhan dokter. Saat persiapan, biasanya posisi meja masih rendah. Tetapi, setelah pasien dibius dan siap dibedah, biasanya meja dinaikkan sebatas dada ahli bedahnya. Itu untuk memudahkan dokter menjalankan tugasnya.

Meski donor tersebut masih sadar, kami tak berniat mengajaknya bicara. Apalagi, kami lihat mata lebarnya sedang asyik menjelajah ruangan dan alat-alat canggih di dekat kepalanya, yang pasti belum pernah dia lihat sebelumnya.

Tepat sekali mantan CEO Jawa Pos yang kini menjadi Dirut PLN, Dahlan Iskan, menganjurkan tim liver transplant RSUD dr Soetomo Surabaya agar belajar

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News