Diragukan Banyak Negara, Vaksin AstraZeneca Tetap Jadi Prioritas di Australia

jpnn.com, CANBERRA - Australia akan mempercepat vaksinasi COVID-19 untuk orang yang berusia lebih dari 50 bulan depan. Rencana ini disusun karena Kabinet Nasional berupaya untuk mengatur ulang program vaksinasi negara yang dianggap bermasalah.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan bahwa hasil rapat Kabinet Nasional pada Kamis (22/4) memutuskan prioritas vaksinasi untuk lansia.
Rencananya, kelompok lansia ini akan menerima vaksin AstraZeneca sedangkan vaksin Pfizer tetap menjadi pilihan untuk penerima vaksin dibawah usia 50 tahun.
Hingga Kamis (22/4), sekitar 1,8 juta warga Australia telah menerima vaksin, termasuk hampir 68.000 orang dalam 24 jam terakhir.
"Kami memiliki dua vaksin, dibagi berdasarkan usia, dengan beberapa pengecualian," kata Pejabat Departemen Kesehatan Brendan Murphy, dikutip dari ABC News, Kamis (22/4).
Kekhawatiran akan pembekuan darah langka yang terkait dengan vaksin AstraZeneca mendorong otoritas kesehatan federal untuk menjadikan Pfizer sebagai pilihan untuk orang yang berusia di bawah 50 tahun.
Selain itu, Kabinet Nasional juga menyetujui pembatasan penerbangan dari India, hanya beberapa jam setelah negara terpadat kedua di dunia itu mencetak rekor global baru untuk infeksi COVID-19. India melaporkan lebih dari 314.000 kasus baru pada hari ini.
Penumpang yang bepergian dari daerah berisiko tinggi juga harus menjalani tes COVID-19 72 jam sebelum terbang ke Australia. (mcr9/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Australia akan mempercepat vaksinasi COVID-19 untuk orang yang berusia lebih dari 50 bulan depan
- Kabar Australia: Pihak Oposisi Ingin Mengurangi Jumlah Migrasi
- Pemerintah Australia Umumkan Anggaran Baru, Ada Kaitannya dengan Migrasi
- Terungkapnya Tindakan Kekerasan di Sejumlah Pusat Penitipan Anak di Australia
- Kabar Australia: Gaji AU$ 100.000 Belum Tentu Cukup untuk Sewa Rumah
- Bagaimana Peluang Timnas Indonesia Lulus Piala Dunia 2026 Seusai Dihajar Australia?
- Timnas Indonesia Kalah Terlalu Banyak, Kluivert: Kami Tak Pernah Menundukkan Kepala