Dirut Perhutani: Kerugian dari Nenek Asyani Tidak Besar, Tapi…
jpnn.com - JAKARTA - Kasus dugaan pencurian 38 papan kayu jati milik Perhutani yang menyeret seorang nenek bernama Asyani di Situbondo memang menarik perhatian masyarakat umum. Banyak kalangan minta agar nenek sepuh (tua) 63 tahun itu dibebaskan. Namun, Direktur Utama Perhutani Mustoha Iskandar sepertinya tak bergeming. Dia tetap menyerahkan kasus itu ke penegak hukum untuk terus diproses.
Saat ini Nenek Asyani berstatus sebagai terdakwa di Pengadilan Negeri Situbondo. Mustoha menjelaskan, dalam hal ini pihaknya hanya berupaya menjalankan Undang-Undang No 41 tahun 1999 tentang Kehutan dan Peraturan Pemerintah No 45 tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan.
Di mana setiap ada pencurian atau kehilangan aset negara harus dilaporkan kepada pihak yang berwajib, karena Perhutani tidak memiliki kewenangan untuk melakukan penyidikan tindak pidana kehutanan.
"Jadi itu sudah jadi kewajiban kami untuk melaporkan," ujar Mustoha saat menggelar jumpa pers di kantornya, Jakarta, Senin (16/3).
Mengenai total kerugian dalam kasus pencurian tersebut dikatakan Mustoha tidak terlampau besar. Dalam kasus ini pihaknya menekankan ingin menjalankan kewajiban Perhutani dalam menegakkan hukum.
"Kerugiannya nggak begitu besar, nggak sampai Rp 5 juta. Bagi kami, pencurian ini bukan masalah nilainya, tapi UUD mewajibkan Perhutani untuk melaporkan kalau ada kehilangan. Kami harapkan agar ini bisa adil," tandas dia. (chi/jpnn)
JAKARTA - Kasus dugaan pencurian 38 papan kayu jati milik Perhutani yang menyeret seorang nenek bernama Asyani di Situbondo memang menarik perhatian
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Bocah SD yang Terseret Arus Banjir Ditemukan Tim SAR Gabungan, Begini Kondisinya
- Uang Nasabah BPR Fianka Hilang, OJK Diminta Tidak Abai
- Begini Sikap Wakil DPR RI Ini soal Rencana PPN 12 Persen
- Agun Gunandjar Sebut KPK Tersangkakan 2 Orang Baru di Kasus e-KTP
- Kalah Berulang Kali, Bang Zul Memaknai Buah Kebaikan Tak Harus Dipanen Langsung
- Eddy Soeparno Dukung Diplomasi Prabowo Membangun Kolaborasi Global Hadapi Krisis Iklim