Disel Dapat Kasur Empuk dan Jatah Makan Nasi Kebuli

Disel Dapat Kasur Empuk dan Jatah Makan Nasi Kebuli
Demi Harga Diri. Wartawan Jawa Pos Rohman Budijanto berbincang-bincang dengan Abdullah Khotib (kanan) di Azziyah Janubiyah Makkah (foto:Arif Sukamto untuk Jawa Pos)
"Setiap musim haji, peristiwa itu kembali teringat. Sampai rinci, saya ingat pengalaman dicambuk itu," tutur Khotib ketika berbincang di maktab 565, tempat wartawan Jawa Pos tinggal, di Aziziah Janubiah, sekitar 6 km dari Masjidilharam Selasa lalu (8/12). Khotib tak menganggap pencambukan itu sebagai pengalaman memalukan. Sebab, dia membela harga diri. Bahkan, dia merasa mendapatkan berkah dari kejadian tersebut.

Perkara itu bermula saat Khotib menyetir bus Saptco (Saudi Arabia Public Transportation Company), semacam DAMRI-nya Arab Saudi. Dia merantau ke Arab Saudi mula-mula karena dikirim perusahaan assembling mobil tempatnya bekerja di Pepelegi, Waru, Sidoarjo. Tapi, kemudian dia menetap dan bekerja di Saptco.

Di antara penumpang mobilnya, ada tiga pemuda yang tergesa-gesa untuk sampai di tujuan. Mereka memaksa Khotib bergegas menyetir bus tersebut. Tetapi, terlalu cepat menjalankan bus bisa menyalahi aturan. Karena Ramadan, Khotib harus berhenti, setidaknya 15 menit setelah azan magrib, memberikan kesempatan untuk buka puasa. Baru berhenti sejenak, mereka memaksa untuk jalan lagi. Padahal, penumpang lain, yang kebanyakan orang sepuh, memintanya bersabar.

Khotib mengalah. Setelah berhenti sepuluh menit, bus itu diberangkatkan. Tapi, karena berangkat lebih cepat, dia tak memacu busnya dengan maksimal. Dia khawatir sampai di terminal berikutnya terlalu cepat. "Setiap bus punya jadwal khusus untuk masuk terminal. Tak boleh lebih cepat," tutur mukimin asal Gedang, Porong, Sidoarjo, tersebut. Mereka mengomel-ngomel terus.

Beraneka cerita WNI di Arab Saudi. Kisah kali ini tentang rasanya bila terkena pidana cambuk. WNI asal Porong, Sidoarjo, mengisahkan kepahitan tersebut

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News