Disel Dapat Kasur Empuk dan Jatah Makan Nasi Kebuli
Kamis, 10 Desember 2009 – 05:16 WIB
Demi Harga Diri. Wartawan Jawa Pos Rohman Budijanto berbincang-bincang dengan Abdullah Khotib (kanan) di Azziyah Janubiyah Makkah (foto:Arif Sukamto untuk Jawa Pos)
Sampai-sampai, ada kejadian lagi. Seorang penumpang berpakaian ihram minta turun saat bus berhenti di lampu merah. Khotib melarang karena hal itu melanggar aturan sehingga bisa ditilang polisi. Lalu, sang penumpang diminta turun tak jauh dari lampu merah tersebut. Dia maklum dan setuju.
Herannya, malah tiga pemuda itu yang mengomel-ngomel, "membela" penumpang berihram tersebut. Mereka mengundat-undat bahwa mereka telah membayar. Khotib masih sabar. Apalagi, penumpang lain "mendukung" dia. Puncaknya, saat bus berhenti, Khotib turun. Tiga pemuda tersebut belum puas. Mereka mendekati Khotib dan menuding-nuding sambil mendorong kepala Khotib. "Mereka menghina ibu kita, bangsa kita, macam-macam," papar Khotib.
Karena mereka mulai main fisik, secara refleks keterampilan bela diri Khotib keluar. Ketika tangan seorang pemuda hendak menjangkau kepalanya, dia menangkis dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya menonjok kepala si pemuda. Pemuda yang lebih tinggi daripada Khotib tersebut tumbang, pingsan. Kepalanya berdarah. Dua pemuda lain kala itu akan membantu sang teman. Mau memukul, salah seorang di antaranya dihadiahi Khotib pukulan di kepala. Pemuda kedua terkapar juga, benjol. Pemuda ketiga, baru pasang kuda-kuda, dihantam Khotib di perut. Dia pun terkapar seperti bola boling.
Polisi cepat datang. "Mereka tanya, mana sopirnya yang memukul. Saya bilang saya sopirnya. Mereka heran, pemuda kecil seperti saya bisa membuat terkapar tiga pemuda tinggi besar," kata sosok setinggi sekitar 160 cm yang pernah menekuni bela diri Jepang dan silat Cimande tersebut. Khotib lantas diinterogasi polisi. Para penumpang sepuh tersebut membela Khotib yang waktu itu masih berpostur langsing.
Beraneka cerita WNI di Arab Saudi. Kisah kali ini tentang rasanya bila terkena pidana cambuk. WNI asal Porong, Sidoarjo, mengisahkan kepahitan tersebut
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu