Disel Dapat Kasur Empuk dan Jatah Makan Nasi Kebuli
Kamis, 10 Desember 2009 – 05:16 WIB
Demi Harga Diri. Wartawan Jawa Pos Rohman Budijanto berbincang-bincang dengan Abdullah Khotib (kanan) di Azziyah Janubiyah Makkah (foto:Arif Sukamto untuk Jawa Pos)
Di senggang tugas sebagai pemasar, dia sering membantu jamaah haji asal Sidoarjo. Termasuk, mencarikan hadyu (kambing kurban) untuk jamaah agar sesuai dengan syariat. Dia pun mengusahakan oleh-oleh khas yang susah didapat, seperti madu Yaman yang dikemas bersama sarang tawonnya, atau mencarikan dendeng hati unta untuk penyembuh sesak napas.
Kisah dicambuk di awal dia berkarya sebagai pegawai BUMN Arab Saudi tersebut menjadi kenangan tak terlupakan. Kini sosok yang tetap mempertahankan WNI-nya itu berusia 57 tahun. Tiga tahun lagi dia pensiun. Istrinya warga Saudi, membawa satu anak dari pernikahan terdahulu. Khotib kawin lagi setelah bercerai dengan istrinya yang memberikan empat putra-putri di Porong. Kini empat putra-putrinya sudah mandiri.
Dia ingin balik ke Indonesia. Sebab, keindahan Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan tanah gersang Arab. Tapi, dia harus mempertimbangkan perasaan istri dan anaknya di sana. "Entah bagaimana nanti Allah menentukan," katanya soal apakah akan menetap di Arab Saudi atau pulang setelah pensiun. (kum)
Beraneka cerita WNI di Arab Saudi. Kisah kali ini tentang rasanya bila terkena pidana cambuk. WNI asal Porong, Sidoarjo, mengisahkan kepahitan tersebut
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif