Diselamatkan Pabrik Jamu, tapi Kehilangan Ibu Selamanya

Diselamatkan Pabrik Jamu, tapi Kehilangan Ibu Selamanya
Surliyadin (kiri ) berusaha melewati point guard CLS Knights Dimaz Muharri pada Speedy NBL Indonesia Preseason Tournament Mangupura Cup 2014 di GOR Purna Krida Kerobokan, Badung, Bali, 13 Oktober lalu. Foto: Boy Slamet/Jawa Pos/JPNN.com

Hari kedua, Itun bisa bertemu dengan satu per satu anggota keluarganya yang sempat terpisah. Yang pertama adalah sang ayah, Zulkifli, yang bermaksud mengabari paman Itun bahwa dirinya selamat. Tidak lama berselang, kakaknya, Tina Julia yang sedang hamil tujuh bulan beserta suaminya, Yusrizal, menyusul. Ikut pula kakak Itun yang lain, Fariati.

Namun, keluarga itu belum lengkap. Sang ibu, Anawiyah, yang ditunggu-tunggu kabarnya tidak kunjung ditemukan. Mereka terus mencari sang ibu. Bahkan, sampai dua tahun lamanya mereka berusaha menemukan bunda mereka. Siapa tahu ada keajaiban seperti halnya sejumlah korban tsunami yang berhasil bertemu dengan keluarga setelah sekian lama berpisah.

"Akhirnya, kami mengikhlaskan ibu. Yang terpenting, kami terus mendoakan beliau," ucapnya.

Bagi Itun, bencana tsunami memang membawa kepedihan mendalam. Namun, di sisi lain, hal itu menuntunnya ke jalan hidup baru yang selama ini tidak pernah dibayangkan. Dalam kondisi tempat tinggal yang tidak bisa ditempati lantaran fasilitas air bersih dan aliran listrik mati, keluarga Itun memutuskan untuk pindah ke Aceh Besar.

Itun pun harus pindah sekolah dari SMPN 1 Banda Aceh ke SMPN 2 Aceh Besar. Di situlah dia mulai mengenal dan mencintai basket. Padahal, sebelumnya, dia lebih senang bermain voli. Namun, keluarga Itun hanya dua tahun di Aceh Besar. Mereka lalu kembali ke Banda Aceh.

Lagi-lagi, nasib membawa Itun untuk terus menekuni basket. Saat duduk di kelas 2 SMAN 3 Banda Aceh, bakat Itun yang di atas rata-rata mulai dilirik klub basket untuk direkrut. Kala itu, dia tampil cemerlang dalam kejuaraan daerah basket kelompok umur (KU)-18 di Banda Aceh.

Akhir 2008, klub basket Pimnad Tanah Air (salah satu klub Kobatama) pun menawari Itun untuk bergabung sekaligus memberikan beasiswa kuliah di Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama Bandung. Tanpa pikir panjang, Itun menyanggupi tawaran itu.

"Untuk semester pertama dan kedua, saya mendapat beasiswa dari Pimnad. Untuk semester tiga, saya ikut tes beasiswa akademik dari kampus dan alhamdulillah terpilih. Jadi, biaya kuliah sampai sekarang semuanya free," ujarnya.

BENCANA memang membawa kepedihan. Tapi, selalu ada hikmah di baliknya. Misalnya, yang dialami Surliyadin, salah seorang korban tsunami Aceh yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News