Diskusi di Melbourne Sebut Pembangunan Jakarta Tak Selalu Memperhitungkan Publik

Diskusi di Melbourne Sebut Pembangunan Jakarta Tak Selalu Memperhitungkan Publik
Diskusi di Melbourne Sebut Pembangunan Jakarta Tak Selalu Memperhitungkan Publik

Prof Wijaya mengatakan, meskipun dalam kasus kota Bandung terlihat adanya perubahan fisik kota itu sejak dipimpin oleh Walikota Ridwan Kamil, namun fokusnya masih tetap pada wilayah utara Bandung.

"Masalah kemacetan lalu-lintas, pengelolaan sampah, dan banjir masih terus menghantui (warga Bandung)," katanya.

Diskusi di Melbourne Sebut Pembangunan Jakarta Tak Selalu Memperhitungkan Publik
Prof. Widjaja Martokusumo. (Foto: istimewa)

Dalam sesi tanya-jawab mencuat sejumlah isu termasuk mengapa jalur pejalan kaki di kota-kota Indonesia sangat tidak manusiawi dan tidak berkembang sebagaimana di negara lain seperti di Australia.

Prof Abidin menanggapi hal itu dengan mengemukakan adanya kompleksitas terkait masa lalu, termasuk mengenai sejarah dimana warga masyarakat memang tidak disarankan untuk berjalan kaki di jalanan apalagi dalam jumlah yang banyak.

Namun kini isu mengenai jalur pejalan kaki telah menjadi salah satu dari image keberadaban (civic images) suatu kota yang mau tidak mau harus menjadi perhatian para pemimpin kota. Apalagi, kelas menengah kini semakin menuntut civic images perkotaaan seperti itu.

Selain itu, mencuat juga peran sosial media dalam mendorong perbaikan desain perkotaan di Indonesia, dimana pihak pemerintah kota sendiri secara aktif menampilkan wajah baru kota mereka melalui media sosial.

Indonesia Forum dibentuk sejak 1991, yang sebelumnya dikenal sebagai Indonesia Interest Group pada Melbourne University, merupakan jaringan informal para akademisi dan staf serta peminat isu-isu Indonesia.


Pembangunan perkotaan di Indonesia mulai menunjukkan munculnya nilai-nilai demokrasi dan keadaban (civic values) baru, meskipun diakui dalam pelaksanaannya


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News