Distrik Trikora: Tak Ada Listrik, Tertutup Kabut, tapi Ada Bule Belanda
Sebagai putra asli Distrik Trikora, Petrus Kibi yang masih tinggal di honai berharap ada kunjungan rutin dari pejabat termasuk petugas kesehatan. “Tim medis harus bisa lebih rutin ke sini. Kami sangat berharap, setiap kampung ada petugas kesehatan dan tidak hanya terfokus di distrik saja,” ucapnya saat berbincang dengan Cenderawasih Pos.
Masyarakat Distrik Trikora menurutnya memiliki kerinduan yang sangat besar untuk bisa terbebas dari keterisolasian sehingga mereka pun bisa maju seperti warga Indonesia lainnya.
Petrus mengatakan, sarana dan prasarana di Distrik Trikora sangat terbatas. Selain belum ada sarana komunikasi, listrik dan lapangan terbang, Pemerintah Distrik Trikora juga belum memiliki kantor. “Distrik lainnya sudah punya kantor, tetapi kami di sini belum dan sampai saat ini saya sebagai kepala distrik masih tinggal di honai,” tuturnya.
Oleh sebab itu, Petrus berharap pemerintah pusat, provinsi dan Kabupaten Jayawijaya bisa melihat Distrik Trikora dan membuat program yang bisa membebaskan wilayah ini dari keterisolasian.
“Kami di sini juga adalah warga negara Indonesia yang juga memiliki hak yang sama untuk diperhatikan dan ingin maju sama dengan saudara-saudara kami yang lain,” katanya. (ahmad buendy ginting/adk/jpnn)
DARI 40 distrik atau kecamatan yang ada di Kabupaten Jayawijaya, Trikora merupakan distrik terjauh dari Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya. Saking
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala