Disway Gratis

Oleh: Dahlan Iskan

Disway Gratis
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

"Kemungkinan karena mereka stres. Biasanya menulis. Tiba-tiba tidak menulis lagi karena tidak punya media," jawab saya asal saja.

"Masuk akal. Sebagai wartawan mereka mengelola banyak informasi. Sudah pensiun pun narasumbernya masih banyak yang memberi info. Pasti ingin menulis. Tetapi tidak punya media. Stres," sahut Pak Dahlan.

Ibarat main catur, saya sudah menjalankan pion: Open skak!

"Abah harus hati-hati. Jangan sampai kena stroke karena tidak mau menulis lagi," kata saya dengan keyakinan penuh, Abah menolak berarti skakmat!

"Saya sudah tidak punya koran. Mau menulis di mana?’’ tanya Pak Dahlan setelah diam cukup lama.

"Abah, hari gini mosok masih mau nulis di koran? Berapa orang yang masih mau baca koran? Hari ini zamannya membaca koran digital. Menulislah di website," jawab saya.

"Saya tidak punya website," jawab Pak Dahlan. Kali ini nadanya mulai tinggi. Pertanda tidak senang. Tetapi posisi catur masih open skak.

"Saya yang membuatkan website-nya. Saya yang mengelola. Abah saja yang menulis. Saya yang mengedit," jawab saya.

SUDAH takdirnya Disway harus gratis. Dilahirkannya pun tanpa biaya. Maka menjelang ulang tahun Disway ini saya ingin mengenang yang serbagratis itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News