Disway Pilihan
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Komentar atas komentar itu pasti datang dari tipe pembaca yang selalu kritis.
Ups... Membahas apa sih itu?
Maafkan, itu karena saya lagi lupa satu prinsip dalam jurnalisme: anggaplah pembaca hari ini adalah pembaca baru, yang belum pernah membaca tulisan-tulisan sebelumnya.
Beginilah duduk perkaranya: hari itu ada tulisan di komentar Disway. Isinya: sebaiknya KPK jangan dibubarkan, tetapi dikhususkan untuk memberantas korupsi di lingkungan penegak hukum saja.
Saya memilih komentar itu sebagai bahan tulisan di Disway hari berikutnya. Saya tambahi hasil wawancara –sekadarnya.
Saya lagi sangat sibuk hari itu. Saya hanya bisa mewawancarai sumber yang mudah dihubungi. Salah satunya: mantan Ketua KPK Abraham Samad.
Pertimbangan pertama: saya punya nomor teleponnya. Kedua: jawaban-jawaban Abraham biasanya 'quotable. Ketiga: selama menjadi ketua KPK, ia banyak menyasar penegak hukum.
Parahnya, pertimbangan 'punya nomor teleponnya' seperti itu justru sering menentukan dalam kerja jurnalis. Yang seperti itu tidak adil. Juga tidak objektif.
Saya menyukai ide itu. Yang datang dari pembaca Disway yang dikirim ke kolom komentar. Kelas ide itu layak untuk sebuah artikel independen yang berbobot.
- Cermin Sikka
- Baru Menang Tender, Kontraktor Dimintai Rp 500 Juta, Alamak
- Tulis Surat, Hasto: Makin Lengkap Skenario Menjadikan Saya sebagai Target
- Merasa Fit, Hasto Kristiyanto Tunjukkan Dokumen Perkara di Sidang
- KPK Menggeledah Rumah La Nyalla, Hardjuno: Penegakan Hukum Jangan Jadi Alat Politik
- Ditanya Pemanggilan La Nyalla, KPK: Tunggu Saja