Ditekan Menangis, 10 Bulan Siap ke Olimpiade
Jumat, 15 Januari 2010 – 01:46 WIB
Dia menjelaskan, tiap hari mereka dididik belajar matematika selama empat jam. Mereka diberi materi pelajaran matematika secara intens. Pada bulan pertama, anak-anak itu diberi buku khusus matematika yang amat tebal. Materinya, soal-soal penjumlahan, perkalian dan pembagian. Selama sebulan soal-soal di buku tersebut harus dituntaskan.
"Jika bisa menyelesaikan materi itu, berarti mereka sudah menguasai kemampuan dasar matematika kelas 1 sampai kelas 6," terang fisikawan itu. Mereka diajari berhitung dengan amat cepat.
Pada bulan kedua dan seterusnya, kata Yohanes, mereka diberi metode lanjutan. Termasuk, trik-trik menyelesaikan soal-soal dengan berbagai tingkat kesulitan. Yohanes memiliki metode khusus untuk membuat siswa cepat menangkap materi yang diajarkan. Metode penghitungan yang diberikan berbalik dengan cara penghitungan yang jamak dipakai.
"Kalau biasanya menghitung penjumlahan dari belakang, metode saya justru terbalik. Yaitu, dari depan. Lebih cepat dan mudah," ujarnya.
Tak ada anak Indonesia yang bodoh. Itulah yang diyakini pendiri Surya Institute, Prof Yohanes Surya PhD. Berbekal keyakinan tersebut, dia merekrut
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408