Ditekan Menangis, 10 Bulan Siap ke Olimpiade

Ditekan Menangis, 10 Bulan Siap ke Olimpiade
BELAJAR - Prof Yohanes Surya, Direktur Surya Institute, didampingi Director for Transformational Development World Vision, Grace AD Hukom, mengajarkan metode khusus kepada siswa asal Papua, Merlin Kogoya (baju merah) dan Christian Murib. Foto: Titik Aadriyani//Jawa Pos.
Tak hanya itu, mereka juga dibekali kemampuan bahasa Inggris dan kepribadian. Anak-anak Papua tersebut juga diberi pelajaran komputer. "Kami juga mengajarkan character building kepada mereka," jelasnya.

Kemampuan mereka pun terasah. Merlin mengaku kemampuan berhitungnya berkembang amat pesat. Dia juga tidak mengira bahwa belajar matematika amat menantang dan mengasyikkan. Karena itu, dia menuturkan ingin menjadi profesor matematika kelak.

"Sebab, belajar matematika itu asyik," ungkap bocah berambut ikal tersebut. Keinginan Merlin juga diiyakan temannya, Christian. "Saya juga ingin jadi profesor matematika," ujarnya sambil lantas tersenyum.

Yohanes begitu bangga pada cita-cita kedua anak itu. Kemudian, mereka pun diberi soal phytagoras. Dengan tangkas dan penuh antusias, Merlin dan Christian berebut menjawab. "Keduanya saat ini bahkan bersaing dengan anak saya yang seumuran mereka," ujar Yohanes.

Tak ada anak Indonesia yang bodoh. Itulah yang diyakini pendiri Surya Institute, Prof Yohanes Surya PhD. Berbekal keyakinan tersebut, dia merekrut

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News