Ditekan Menangis, 10 Bulan Siap ke Olimpiade

Ditekan Menangis, 10 Bulan Siap ke Olimpiade
BELAJAR - Prof Yohanes Surya, Direktur Surya Institute, didampingi Director for Transformational Development World Vision, Grace AD Hukom, mengajarkan metode khusus kepada siswa asal Papua, Merlin Kogoya (baju merah) dan Christian Murib. Foto: Titik Aadriyani//Jawa Pos.
Setelah itu, siswa Papua lainnya akan dijaring. Diharapkan, ada 5.000 anak Papua yang nanti pintar matematika. Itulah konsep yang dia gagas. Akhir bulan ini, para guru dan siswa tersebut mulai digembleng di lembaganya.

Yohanes mengungkapkan, selama ini juara olimpiade selalu berkiblat pada Tiongkok. Dia ingin mengubah persepsi tersebut. Karena itu, Yohanes bermimpi ingin melahirkan 3.000 doktor pada 2030.

Mereka harus menguasai sains dan teknologi. Calon doktor itu akan disekolahkan ke luar negeri. Untuk mewujudkan impian itu, pihaknya akan bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan Nasional dan menggandeng BUMN-BUMN yang ada. Termasuk, dengan merangkul pemerintah provinsi.

Dia memaparkan, jika tiap kabupaten/kota bisa berkomitmen mengirim lima siswa untuk belajar ke luar negeri, akan ada 2.000 anak yang bisa menikmati belajar di negara di seluruh dunia. "Lima anak kali 400 kabupaten/kota di Indonesia, akan menghasilkan 2.000 anak," jelas kepala pusat penelitian nanoteknologi dan bioteknologi di The Mochtar Riady Center for Nanotechnology and Bioengineering di Karawaci, Tangerang, tersebut.

Tak ada anak Indonesia yang bodoh. Itulah yang diyakini pendiri Surya Institute, Prof Yohanes Surya PhD. Berbekal keyakinan tersebut, dia merekrut

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News