Ditemani Pemandu Virtual, Koleksi Indonesia Terbanyak

Ditemani Pemandu Virtual, Koleksi Indonesia Terbanyak
PESONA ASIA: Gedung Asian Civilisations Museum yang terkesan kuno tapi megah. Henny Galla/Jawa Pos/JPNN.com

Dari beberapa pahatan, Karish memperkirakan, Indonesia memiliki beragam budaya dan kepercayaan pada masa lampau. ’’Saya memang belum melihat semuanya. Tapi, mereka (nenek moyang) terlihat memiliki kepercayaan sendiri dan berbeda-beda satu sama lain tentang bagaimana mereka diciptakan,’’ ungkapnya.

Karya seni dan kebudayaan Indonesia yang terpampang di urutan terdepan pameran merupakan sebuah kehormatan. Karena itu, pengunjung dari Indonesia bakal mencium aroma hommy di negeri orang. Apalagi ketika Jawa Pos menuju ruangan redup di sisi tengah museum. Dina, seorang gadis asal Asia Tenggara, memperkenalkan diri. Jangan bayangkan dia berkenalan dengan saling berjabat tangan. Sebab, dia berada dalam sebuah layar sentuh berukuran 14 inci. Apabila kita tidak menyentuh layar itu, Dina akan lebih senang bersenandung lirih.

Namun, jika kita menyentuh layar tersebut, Dina akan sigap menjawab pertanyaan pengunjung tentang Asia Tenggara. Gadis berambut panjang sepundak itu pun memaparkan bahwa banyak suku bangsa di Asia Tenggara. Misalnya, Melayu, India, hingga peranakan Tiongkok.

’’Kalau ingin traveling di Asia Tenggara, kamu perlu backpack yang besar. Sebab, Asia Tenggara terdiri atas beberapa wilayah dan punya lebih dari 20 ribu pulau. Oh iya, masyarakat Asia Tenggara juga makan nasi setiap hari,’’ ucapnya meyakinkan.

Di dalam ruangan besar itu, dijelaskan secara gamblang soal Asia Tenggara yang dipercaya menjadi pusat awalnya penanaman padi (oryza sativa) di dunia. ACM menggambarkannya pada sebuah papan berisi peta Indonesia dengan jajaran kepulauannya yang dianggap sebagai asal dan penyebaran padi di Asia.

Indonesia tampak sebagai pusat wilayah Asia Tenggara dengan nilai sejarah yang sangat tinggi pada masa silam. Sebab, peta dan koleksi seni asal Indonesia tersebar di berbagai ruangan. Termasuk di Galeri ChinaMania yang merupakan koleksi keramik Tiongkok era 800–1900. Di museum itu digambarkan bahwa di dasar-dasar laut Indonesia masih tersimpan banyak kapal Tiongkok karam yang membawa keramik yang terkubur selama ratusan tahun.

Misalnya, sebuah Balang Pusaka yang terbuat dari tembikar batu. Yakni, keramik zaman Dinasti Qing Tiongkok pada abad ke-18 yang ditemukan di Sambas, Kalimantan Barat. Banyak pula keramik dari Vietnam yang sempat berjaya di wilayah Indonesia seperti Jawa dan Sulawesi. Misalnya, Tepak Sireh, keramik Vietnam dengan balutan perak yang ditemukan di Makassar pada abad ke-19.

Koleksi sejarah Indonesia, khususnya Pulau Jawa, makin banyak ditemukan di lantai 3 museum. Ada belasan koleksi gong dan gamelan yang dibuat pada 1960 di Jogjakarta. Gamelan tersebut ditampilkan di atas panggung rendah berlapis kain hitam. Sorotan lampu kuning terang di ruangan yang sekelilingnya remang membuat mata langsung terpusat pada bagian tengah panggung. Di depan panggung terdapat headset yang memungkinkan pengunjung mendengarkan wawancara tentang proyeksi layar: Wayang Topeng dengan Penari Jawa Klasik Lantip Kuswala Daya.

Negara-negara di Asia terintegrasi sejak zaman nenek moyang. Singapura merupakan negara yang menunjukkan kepedulian terhadap sejarah benua terbesar

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News