Ditemukan Grafiti Pemburu Paus Dari Abad Ke-19 Di Australia Barat
Arkeolog Australia yang bekerja di pulau-pulau di pantai barat laut Australia yang terpencil menemukan ukiran yang ditinggalkan oleh awak perburuan paus asal Amerika yang mengarungi lautan sekitar tahun 1840-an.
Temuan ini memberikan gambaran tentang kebosanan dan isolasi yang dialami para pelaut saat berada di laut selama bertahun-tahun.
Ukiran berbentuk tulisan nama dan tanggal itu ditemukan di pulau Rosemary dan Lewis Barat di Kepulauan Dampier, di barat laut Karratha.
"Ini adalah prasasti paling awal yang kita miliki di Australia yang ditinggalkan oleh pemburu paus, sehingga secara historis sangat, sangat signifikan," kata arkeolog Alistair Paterson.
"Kami tahu bahwa para pemburu paus asal Amerika Utara, untuk jangka waktu 30- atau 40 tahun, mengarungi keseluruhan lautan dunia untuk berburu ikan paus, tetapi kami memiliki sedikit bukti bahwa mereka benar-benar membuat pendaratan, jadi ukiran ini merupakan penemuan penting."
Nama-nama dan tanggal itu diukir di batu karang oleh orang-orang yang berlayar dengan menggunakan dua perahu ikan paus yang berbeda, beberapa tahun terpisah.
Photo: Professor Alistair Paterson mengatakan para pemburu paus Amerika sering mendarat di barat laut Australia Barat pada abad ke-19. (Supplied: Glen Jones)
Catatan sejarah mengungkapkan identitas
Kapal pertama, Connecticut, berangkat dari kota pantai New London pada Agustus 1842 dengan awak 26 orang dan berlayar dari pantai barat laut Amerika Serikat ke tempat yang kemudian dikenal sebagai tempat perburuan paus New Holland.
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata
- Dunia Hari Ini: Rencana Airbnb Menggelar Pertarungan Gladiator di Roma Dikecam
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia