Ditoto Dito

Dahlan Iskan

Ditoto Dito
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Dengan bandara itu bisa juga value asetnya langsung meningkat. Terutama tanahnya yang begitu luas. Lebih 500 hektare. Di pusat kota Kediri.

Namun, aset masyarakat di sana jauh lebih luas lagi. Yang value-nya juga ikut naik. Terutama tanah di puluhan desa di sekitar bandara.

Bisa jadi mereka mendadak menjadi kaya --meski tidak merasakannya, kecuali kalau menjual tanah mereka.

Perjalanan kemari itu dari Surabaya saya lewat tol arah Solo. Exit di Kertosono, di dekat Masjid Moeldoko. Lalu lewat jalan lama arah ke kota Kediri yang padat truk itu.

Begitu memasuki Kota Kediri kami belok kanan. Melintasi jembatan sungai Brantas. Lalu belok kanan lagi, mengarah ke jalan menuju Nganjuk. Lalu belok kiri, lewat jalan kampung yang sudah diaspal dan dilebarkan.

Keluar dari jalan kampung itulah kawasan bandara mulai terlihat. Luas sekali. Dengan infrastruktur yang menyerupai bandara internasional.

Kesimpulan saya: ini adalah bandara yang begitu mulai dibangun langsung besar. Landasannya pun langsung dibuat 3.300 meter. Lebih panjang dari landasan bandara Juanda Surabaya.

Jelaslah Dhoho bukan bandara yang "tumbuh" dari kecil dulu baru kelak diperbesar.

Di antara bandara baru, inilah yang paling hebat: Bandara Dhoho, Kediri. Saya ke bandara itu kemarin. Tidak untuk terbang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News