Diundang ke Prancis, Baju Dibikin Penjahit Terbaik Madura 



Diundang ke Prancis, Baju Dibikin Penjahit Terbaik Madura 


BUAH KETEKUNAN: Sri Fatmawati di depan markas UNESCO di Paris, Prancis. F-Any Rufaidah/Jawa Pos
Penghargaan yang diterima sebagai peneliti dunia itu telah diimpikan sejak tujuh tahun silam. ""Saya melihat leaflet tentang acara itu pada 2006 di kampus. Setelah baca, saya langsung bertekad, suatu hari nanti saya jadi pemenangnya,"" ungkap putri pasangan Siti Hasanah dan Muhammad Munif itu lantas tertawa lepas.


Pembawaannya yang ramah dan ceplas-ceplos membuat orang yang pertama mengenal tak menyangka bahwa Fatma adalah seorang peneliti yang betah berjam-jam di laboratorium. ""Jangan dikira peneliti itu kutu buku lho. Saya juga mengikuti perkembangan mode. Tapi, bapak dan suami saya selalu memberikan masukan atas penampilan saya,"" tutur perempuan kelahiran Pandiyan, Sampang, Madura, 3 November 1980 (33 tahun), tersebut. 


Fatma bercerita, berbagai prestasi yang dia raih berawal dari mimpi. ""Tapi, mimpinya bertahap. Misalnya, waktu kuliah S-1, saya bermimpi bisa kuliah S-2, dan seterusnya,"" kata ibu Fahira Yumiko Azzahra dan Filza Michiko Farzama tersebut.


Karena itu, tak heran, setelah meraih penghargaan dari Prancis tersebut, dia mulai bermimpi untuk meraih Nobel. ""Namanya mimpi, kan harus tinggi, setinggi langit,"" tegas penghobi karaoke itu. 


Penelitian tentang sponge, binatang yang hidup di laut, membawa Sri Fatmawati SSi MSc PhD meraih penghargaan prestise di Prancis. Wartawan Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News