Diundang ke Prancis, Baju Dibikin Penjahit Terbaik Madura 



Diundang ke Prancis, Baju Dibikin Penjahit Terbaik Madura 


BUAH KETEKUNAN: Sri Fatmawati di depan markas UNESCO di Paris, Prancis. F-Any Rufaidah/Jawa Pos
Dukungan yang tidak kalah penting, tentu saja, datang dari sang suami, Adi Setyo Purnomo SSi MSc PhD. ""Dulu dia itu saingan terberat saya saat kuliah,"" katanya lantas terbahak. 


Mereka bertemu ketika sama-sama kuliah di Teknik Kimia ITS angkatan 1998. Empat tahun kemudian, mereka lulus bersamaan. ""Lulus pas empat tahun itu susah. Waktu itu hanya ada empat orang. Termasuk saya dan suami,"" ujarnya. 


Karena memiliki passion yang sama di bidang pendidikan, setelah menikah, keduanya tetap meneruskan sekolah. Kebetulan, keduanya berhasil mendapat beasiswa ke Jepang hingga bisa membentuk keluarga kecil di Negeri Sakura itu. 


Fatma mengakui, menjadi perempuan peneliti bukan hal yang mudah. Tidak hanya dituntut bekerja lebih keras agar kemampuannya diakui, perempuan peneliti masih harus mengalokasikan waktu untuk mengasuh anak-anak. Meski begitu, pengalaman yang didapat Fatma membuktikan bahwa perempuan tetap bisa berkarya di tengah kesibukan sehari-hari mengurusi rumah tangga. Bahkan, lebih dari itu, mencatat prestasi internasional. 


Penelitian tentang sponge, binatang yang hidup di laut, membawa Sri Fatmawati SSi MSc PhD meraih penghargaan prestise di Prancis. Wartawan Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News