Diundang ke Prancis, Baju Dibikin Penjahit Terbaik Madura 


Sabtu, 30 Maret 2013 – 18:17 WIB
Dukungan yang tidak kalah penting, tentu saja, datang dari sang suami, Adi Setyo Purnomo SSi MSc PhD. ""Dulu dia itu saingan terberat saya saat kuliah,"" katanya lantas terbahak. 

Mereka bertemu ketika sama-sama kuliah di Teknik Kimia ITS angkatan 1998. Empat tahun kemudian, mereka lulus bersamaan. ""Lulus pas empat tahun itu susah. Waktu itu hanya ada empat orang. Termasuk saya dan suami,"" ujarnya. 

Karena memiliki passion yang sama di bidang pendidikan, setelah menikah, keduanya tetap meneruskan sekolah. Kebetulan, keduanya berhasil mendapat beasiswa ke Jepang hingga bisa membentuk keluarga kecil di Negeri Sakura itu. 

Fatma mengakui, menjadi perempuan peneliti bukan hal yang mudah. Tidak hanya dituntut bekerja lebih keras agar kemampuannya diakui, perempuan peneliti masih harus mengalokasikan waktu untuk mengasuh anak-anak. Meski begitu, pengalaman yang didapat Fatma membuktikan bahwa perempuan tetap bisa berkarya di tengah kesibukan sehari-hari mengurusi rumah tangga. Bahkan, lebih dari itu, mencatat prestasi internasional. 

Penelitian tentang sponge, binatang yang hidup di laut, membawa Sri Fatmawati SSi MSc PhD meraih penghargaan prestise di Prancis. Wartawan Jawa Pos
BERITA TERKAIT
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang