Diusir usai Jumatan, Djarot Prihatin Politisasi Masjid
Djarot pun menyerahkan pilihan kepada pada warga Jakarta saat pencoblosan nanti.
Yang paling penting baginya adalah tidak ada lagi penolakan yang dilakukan kepadanya saat mengunjungi masjid yang ada di Jakarta.
"Yang bisa mampu menjadi pelayan masyarakat yang baik, atau serahkan sepenuhnya kedaulatan itu ditangan rakyat. Jadi kalau saya, sekali lagi saya ke masjid, ke mana saja boleh, masa nggak boleh," tutupnya.
Di sisi lain, Ketum PPP Djan Faridz yang mewakili para parpol pendukung Ahok-Djarot meminta warga DKI tidak salah pilih saat di bilik suara nanti.
Dia meminta warga Jakarta memilih pemimpin yang menjalankan Islam yang ahlisunnah waljamaah.
"Jadi jangan sampai salah pilih. Calon yang satu lagi didukung partai yang bukan ahlisunnah waljamaah. Kuping kita ada dua, mata, tangan ada dua. Jadi nanti kalau ke bilik suara diam-diam saja, kasih tahu suami suruh diam-diam, jangan ngomong-ngomong," ujar Djan.
"Jangan dengarkan yang enggak-enggak, fitnah itu. Kalau mau jadi pemimpin, jangan menggunakan fitnah," lanjutnya.
Djan juga membicarakan kontrak politik yang diberikannya pada Ahok-Djarot. Dalam kontrak tersebut, Djan meminta Ahok-Djarot lebih memperhatikan nasib marbut masjid dan para muazin.
Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengalami kejadian tak mengenakkan setelah salat Jumat di Masjid Jami Al-Atiq di Tebet, Jakarta
- Djarot Sebut Kecurangan Terjadi di Sumut, Melibatkan Parcok Memenangkan Menantu Jokowi
- Mardiono ke Bojonegoro, Pastikan Kader PPP Kawal Suksesnya Pilkada 2024
- Mardiono Ajak Kader PPP Kerja Maksimal Menangkan Pilkada di NTB
- Hendak Kampanye di Banyumas, Jokowi & Ahmad Luthfi Salat Jumat di Tegal
- Anggap Menteri Hukum Tak Cermat Teken Aturan, Pimpinan GPK Mengadu ke Presiden Prabowo
- Berharap Bisa Kembali ke Senayan, Kader Senior PPP Tekankan soal Khitah 1973