Diversifikasi Ekspor Jadi Keharusan
Antisipasi Perlambatan Ekonomi AS dan Global
Selasa, 30 September 2008 – 12:15 WIB
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Depkeu Anggito Abimanyu mengatakan, pangsa ekspor Indonesia ke AS, Jepang, dan Eropa mencapai 30 persen. Meski pasar akan menyempit seiring perlambatan ekonomi AS, dia memprediksi Indonesia masih bisa bersaing. ''Harga ekspor kita cukup kompetitif,'' katanya.
Diversifikasi ekspor ke negara tujuan utama lain, seperti Tiongkok dan kawasan ASEAN, diharapkan bisa membuat nilai ekspor tetap tinggi. ''Jadi, bukan berarti ada krisis AS, pasarnya sama sekali tertutup. Kita tetap bisa ekspor,'' tutur Anggito.
Kinerja ekspor Juli lalu mulai menunjukkan lampu kuning. Ini ditunjukkan dengan neraca perdagangan RI Juli lalu defisit USD 270 juta. Defisit ini pertama kali dalam dua tahun terakhir. Nilai ekspor saat itu mencapai USD 12,55 miliar atau 2,65 persen lebih rendah dibandingkan Juni. Kinerja ekspor ini lebih rendah ketimbang impor yang mencapai USD 12,82 miliar atau meningkat 6,59 persen ketimbang Juni.
Secara kumulatif neraca perdagangan sebenarnya masih surplus USD 5,15 miliar. Namun, surplus itu cenderung mengecil. Nilai ekspor kumulatif (Januari-Juli) mencapai USD 83,03 miliar atau tumbuh 29,93 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan nilai impor kumulatif USD 77,78 miliar.
JAKARTA - Perlambatan ekonomi yang melanda AS perlu diantisipasi Indonesia dengan meragamkan orientasi negara tujuan ekspor. Eksporter harus mulai
BERITA TERKAIT
- Kideco Berkomitmen untuk Menyempurnakan Kualitas Laporan Berkelanjutan
- Shell Membantah Bakal Tutup SPBU di Indonesia
- BTN Raih Penghargaan di Ajang LinkedIn Talent Awards
- Melalui UMK Academy, Pertamina Dukung UMKM Bersaing di Tingkat Global
- Pupuk Kaltim Kembali Raih Predikat Platinum di Ajang ASSRAT 2024
- Pegadaian Gelar Media Awards 2024, Puluhan Jurnalis Raih Penghargaan