Diversifikasi Ekspor Jadi Keharusan

Antisipasi Perlambatan Ekonomi AS dan Global

Diversifikasi Ekspor Jadi Keharusan
Diversifikasi Ekspor Jadi Keharusan
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Depkeu Anggito Abimanyu mengatakan, pangsa ekspor Indonesia ke AS, Jepang, dan Eropa mencapai 30 persen. Meski pasar akan menyempit seiring perlambatan ekonomi AS, dia memprediksi Indonesia masih bisa bersaing. ''Harga ekspor kita cukup kompetitif,'' katanya.

Diversifikasi ekspor ke negara tujuan utama lain, seperti Tiongkok dan kawasan ASEAN, diharapkan bisa membuat nilai ekspor tetap tinggi. ''Jadi, bukan berarti ada krisis AS, pasarnya sama sekali tertutup. Kita tetap bisa ekspor,'' tutur Anggito.

Kinerja ekspor Juli lalu mulai menunjukkan lampu kuning. Ini ditunjukkan dengan neraca perdagangan RI Juli lalu defisit USD 270 juta. Defisit ini pertama kali dalam dua tahun terakhir. Nilai ekspor saat itu mencapai USD 12,55 miliar atau 2,65 persen lebih rendah dibandingkan Juni. Kinerja ekspor ini lebih rendah ketimbang impor yang mencapai USD 12,82 miliar atau meningkat 6,59 persen ketimbang Juni.

Secara kumulatif neraca perdagangan sebenarnya masih surplus USD 5,15 miliar. Namun, surplus itu cenderung mengecil. Nilai ekspor kumulatif (Januari-Juli) mencapai USD 83,03 miliar atau tumbuh 29,93 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan nilai impor kumulatif USD 77,78 miliar.

JAKARTA - Perlambatan ekonomi yang melanda AS perlu diantisipasi Indonesia dengan meragamkan orientasi negara tujuan ekspor. Eksporter harus mulai

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News