Doa Sritex

Oleh: Dahlan Iskan

Doa Sritex
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Pengadilan memutuskan: homologasi. Perdamaian.

Diaturlah perpanjangan pembayaran. Agar beban Sritex lebih ringan. Sritex bisa mencicil utang itu. Ada jadwal pencicilan yang disepakati.

Pembayaran cicilan itu pun berlangsung lancar. Sudah empat bulan.

Tiba-tiba Sritex mendapat info: tagihan salah satu pemasoknya sudah dibayar lunas oleh perusahaan asuransi. Berarti Sritex tidak perlu mencicil lagi ke salah satu kreditornya itu: PT Indo Bharat.

Indo Bharat keberatan. Bahwa ia dibayar asuransi itu urusannya sendiri. Tidak ada hubungan dengan Sritex.

Ia memang mengasuransikan tagihannya ke Sritex. Ketika Sritex tidak bisa membayar perusahaan asuransilah yang membayar.

Sritex menggugat Indo Bharat. Indo Bharat marah, mengajukan gugatan pailit ke pengadilan. Menang, dalam perjanjian kesepakatan homologasi tertulis: begitu cicilan tidak dibayar Sritex langsung pailit. Pailit final.

Sayang sekali. Padahal cicilan ke Indo Bharat termasuk kecil dibanding ke yang lain. Utang ke Indo Bharat juga tergolong kecil: sekitar Rp 80 miliar --dari total utang Rp 16 triliun.

YANG harus dibacakan doa kubur ternyata yang di Solo. Sritex resmi meninggal dunia. Kemarin. Persis bersamaan dengan hari pertama bulan Ramadan: 1 Maret 2025.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News