Dodong Kodir, 15 Tahun Menekuni dan Menciptakan Alat-Alat Musik dari Limbah
Bikin Kolaborasi di Yunani, Juga Konser Tunggal di Belgia
Rabu, 18 Mei 2011 – 08:08 WIB
Dari situlah Dodong semakin tertarik untuk mengembangkan alat musik dari limbah. Pada 1996, untuk kali pertama dia memiliki rumah sendiri di daerah Cisitu, Dago, Bandung. Berbagai limbah dia bawa pulang untuk dieksplorasi. Namun, namanya rumah baru, sang istri merasa risi dengan ulah Dodong yang suka membawa "sampah" itu.
"Saya dimarahi. Ini mau buat rumah atau tempat sampah" Sana di luar," ungkapnya menirukan istrinya. Tiga anaknya yang sudah dewasa ketika itu, tampaknya, malu karena bapaknya sering mengolah limbah.
Penolakan istri dan anaknya tersebut tidak membuat Dodong jera. Berkat kegigihan dan ketelatenannya, alat-alat musik yang diciptakan dari limbah itulah yang mengubah dalam hidup Dodong. Dari sekadar menjadi dosen alat musik tradisional, dia dikenal pula sebagai musikus limbah.
Dengan stempel musikus limbah, ternyata Dodong bisa melanglang buana ke sejumlah penjuru negara. Dia sempat dua kali mengunjungi Yunani untuk melakukan kolaborasi musik.
Kreativitas Dodong Kodir ini termasuk langka. Selama 15 tahun dia menggeluti jenis musik "yang tak biasa". Disebut "tak biasa"
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408