Dokter di Tiongkok Disarankan Tidak Menulis COVID Sebagai Penyebab Kematian

Media sosial juga melaporkan hal yang sama.
Ketika seorang warga di Beijing bernama Yao membawa tantenya berusia 87 tahun yang positif terkena COVID ke rumah sakit pemerintah akhir Desember lalu setelah mengalami masalah pernapasan, dokter tidak bertanya apakah dia terkena virus dan tidak menyebut COVID sama sekali, kata Yao.
"Rumah sakit penuh dengan pasien, mereka semua berusia 80 atau 90-an, dan para dokter tidak memiliki waktu berbicara dengan pasien," kata Yao sambil menambahkan bahwa semua orang di sana menunjukkan gejala sama seperti penderita COVID.
Pasien termasuk tantenya mendapat pemeriksaan berbagai hal tetapi tidak dites COVID sebelum diberitahu mereka menderita radang paru-paru.
Namun rumah sakit mengatakan mereka kehabisan obat, sehingga tantenya disuruh dibawa pulang.
Sepuluh hari kemudian tantenya sembuh.
Para petugas kesehatan di rumah sakit pemerintah di beberapa kota di Tiongkok mengatakan tes PCR yang di masa kebijakan "zero COVID" dilakukan hampir tiap hari, sekarang sudah dihentikan.
Menurut dua pakar kepada Reuters, dengan tidak lagi melakukan tes mungkin akan cara terbaik untuk memaksimalkan sumber daya di saat rumah sakit kebanjiran pasien.
Bila dokter di rumah sakit pemerintah menduga kematian seorang pasien disebabkan karena COVID, mereka harus melapor dulu ke atasan untuk konsultasi dua tingkat sebelum kematian bisa dikukuhkan
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Balik Kucing
- Tarif Tarifan
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia