Dokter Jangan Hanya Menunggu Orang Sakit di Poliklinik

OLEH : TITIK ANDRIYANI, Jakarta

Dokter Jangan Hanya Menunggu Orang Sakit di Poliklinik
Farid Anfasa Moeloek di ruang kerjanya klinik Raden Saleh. Foto: Titik Andriyani//Jawa Pos
Kini, setelah tak menjadi pejabat, Farid kembali ke habitat aslinya. Praktik sebagai dokter. Sebab, dia tidak ingin pengabdiannya terhadap negeri berhenti sampai di situ. Apalagi, dalam frame otaknya, masih tersimpan konsep tentang penanganan kesehatan masyarakat ?yang dia amat yakin konsep itu bisa memutus rantai kemiskinan dan kebodohan di Indonesia.

Menurut dia, dua akar persoalan tersebut yang membuat bangsa ini terseok-seok. Kedokteran dan kesehatan, lanjutnya, bagai dua sisi mata uang. Kedokteran hanya arti kata sempit, sedangkan kesehatan merujuk pada persoalan yang lebih luas. Moeloek menjelaskan, konotasi kesehatan saat ini seolah-seolah hanya fokus terhadap pelayanan dasar, seperti puskesmas dan rumah sakit. Padahal, katanya, di dalam konsep kesehatan, sejatinya ada problem kesehatan keluarga, air bersih, rumah sehat, lingkungan sehat, gizi, maupun olahraga. "Ada korelasi yang erat antara kesehatan dan individu, keluarga, masyarakat, dan perilaku bangsa," tuturnya.

Dia mengilustrasikan, merokok dinilai amat merugikan bangsa ini. Betapa tidak, separo pendapatan masyarakat kerap dihabiskan untuk mengisap zat adiktif yang beracun tersebut. Dampaknya, kata dia, tak hanya terhadap kesehatan, tapi juga problem sosial. "Bisa mengurangi jatah untuk anak-anaknya, merusak IQ anak, dan ujung-ujungnya terhadap kemiskinan. Jadi, kalau hukum merokok itu makruh, bagi saya itu haram," ujarnya.

Hal itu, kata dia, menjadi tanggung jawab dokter. Menurut dia, seorang dokter sejati adalah mereka yang bisa menjadi agent of change (agen perubahan). "Bukan hanya menunggu orang sakit di poliklinik, tapi bagaimana bisa menyehatkan masyarakat. Kalau hanya menunggu orang sakit, berarti belum menjalankan fungsi dokter," jelasnya.

 

Nila Djuwita Anfasa Moeloek nyaris menjadi menteri kesehatan pada Kabinet Indonesia Bersatu II. Munculnya Nila mengingatkan orang pada nama menteri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News