Dokter Jangan Hanya Menunggu Orang Sakit di Poliklinik

OLEH : TITIK ANDRIYANI, Jakarta

Dokter Jangan Hanya Menunggu Orang Sakit di Poliklinik
Farid Anfasa Moeloek di ruang kerjanya klinik Raden Saleh. Foto: Titik Andriyani//Jawa Pos
Indonesia, kata dia, membutuhkan konsep sehat yang holistik. Konsep tersebut pernah dia implementasikan saat menjabat Menkes. Sayang, impian dan angan-angannya untuk menyehatkan masyarakat Indonesia belum tuntas. Dalam mimpinya, Farid amat berharap agar setiap orang memiliki dokter pribadi. "Tak peduli dia abang becak, tukang parkir, guru, atau kuli bangunan. Mereka layak mendapatkan pelayanan kesehatan terbaik," ucapnya. Hal itu, kata dia, bukanlah sebuah keniscayaan.

 

Dia menggambarkan, satu dokter bisa mengontrol kesehatan 2.500 penduduk. Nah, jika penduduk Indonesia berjumlah sekitar 200 juta jiwa, dibutuhkan sekitar 80 ribu dokter untuk memantau kesehatan masyarakat secara berkala. Dokter tersebut, kata dia, harus memiliki database rekam medis setiap pasien yang berada di bawah tanggung jawabnya. Untuk itu, pemerintah bisa menggelontorkan sejumlah dana terhadap dokter tersebut. "Anggaran itu untuk biaya asuransi. Misalnya, dokter diberi Rp 40 juta untuk menangani sekian pasien. Tugas dokter itu adalah menyehatkan mereka. Jika masyarakat sehat, saya yakin biaya kesehatan dapat ditekan," ungkapnya.

Saat ini konsep Indonesia sehat mungkin masih di awang-awang. Alih-alih konsep itu ada yang meneruskan, yang terjadi justru para dokter berlomba agar pasiennya terus bertambah. "Mindset inilah yang harus diubah. Dokter itu harus berperan sebagai agent of change. Bagaimana semua orang bisa memiliki dokter pribadi jika dokter sekarang hanya berorientasi materi," cetusnya dengan mata berkaca-kaca. Karena itu, Farid bertekad terus mengabdikan diri untuk masyarakat. "Selama bisa, saya dan istri akan terus berupaya untuk masyarakat," ucapnya.

Sang istri sendiri, setelah batal menjadi menteri, juga kembali ke dunianya sebagai dokter di RS Mata Aini Jakarta. Farid dan Nila kebetulan sama-sama berprofesi sebagai dokter. Dan, itu bukan pilih-pilih. ?Bu Nila dulu adik kelas saya di UI. Hubungan kami ya berawal dari situ,? kata Farid.Selain praktik di RS Mata Aini, Nila aktif sebagai ketua umum Dharma Wanita Persatuan Pusat untuk masa bakti 2004-2009. "Dia aktif di situ sudah 10 tahun," terang Farid. Tak hanya itu, Nila juga konsens di Perhimpunan Dokter Mata Indonesia. "Memang istri saya masih suka aktif di luar," ucapnya.

Nila Djuwita Anfasa Moeloek nyaris menjadi menteri kesehatan pada Kabinet Indonesia Bersatu II. Munculnya Nila mengingatkan orang pada nama menteri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News