Dokter Lo Siauw Ging Kerap Menolak Uang dari Pasien
Mendekati pukul 16.00 WIB, lampu di dalam ruang praktik menyala. Waluyo yang bersama anaknya tiba pertama di sana langsung masuk. Disusul berikutnya. Dan berikutnya.
Total dalam dua kali jam praktik, 08.00–11.00 dan 16.00–20.00, sekitar 70 pasien harus ditangani dokter Lo. ”Dulu bahkan rata-rata bisa seratus pasien,” kata Lo.
Padahal, usianya sudah 82 tahun. Penyakit osteoartritis telah pula menyerang persendian lutut dan pinggul. Tiap kali berjalan, dia harus dibantu tongkat. Tapi, semangatnya dalam melayani pasien tak pernah kendur.
Itu pula yang membuat pasien-pasiennya setia. Apalagi, diagnosis dokter kelahiran 16 Agustus 1934 itu dianggap sangat jitu. Istimewanya lagi, dokter kelahiran Magelang tersebut tak pernah memasang tarif.
Dokter alumnus Universitas Airlangga, Surabaya, itu justru kerap menolak pembayaran dari pasien. Bahkan, suami Gan May Kwee tersebut tak jarang juga menggratiskan obat.
”Sudah simpan untuk membeli beras dan makanan,” tutur Ahmad, salah seorang pasien, menceritakan pengalaman saat Lo menolak uang yang diberikannya.
Tak jarang pasien harus ”kucing-kucingan” saat memberikan uang. ”Biasanya saya selipkan gitu saja, terus saya langsung keluar,” kata Waluyo.
Kardiman, pasien lain yang juga tetangga Lo, mengaku sering mendapat obat gratis. ”Ngambil obatnya pun dekat, di Apotek Budi Asih yang hanya sekitar 1 kilometer dari sini,” katanya.
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala