Dokter Pasien
Oleh: Dahlan Iskan
Pasien itu ngamuk juga akibat penyakit di tulang belakang. Awalnya Gregory jatuh dari scaffolding. Yakni saat bekerja. Itu tahun 1977. Ketika Gregory baru berumur 22 tahun.
Ketika ke dokter, Gregory sudah diingatkan: kalau tidak dituntaskan dengan baik, ia akan mengalami kelumpuhan di masa tua. Akan terus berada di kursi roda.
Gregory merasa tidak separah itu. Ia pun hidup seperti orang normal. Ternyata dokter benar. Kian berumur Gregory kian menderita: tulang belakangnya sakit.
Sudah terlambat. Masih bisa dioperasi tetapi tidak berhasil.
Gregory mengaku sudah mendatangi 50 ahli tulang belakang. Tidak teratasi. Ia selalu kesakitan. Satu-satunya jalan keluar: ia harus minum obat yang mengandung narkotika. Penghilang rasa sakit.
Namun, belakangan, dokter tidak mau lagi membuatkan resep narkotika. Sudah berlebihan. Rasa sakit pun kumat lagi. Berkepanjangan.
Maka Gregory membeli pipa. Ia membuat bom. Tiga buah.
Pagi itu, ia naik bus kota menuju Allina Health Clinic. Lokasinya sekitar 50 Km di utara kota Minneapolis, Minnesota.
Kejadian di Tusla ini hanya seminggu setelah penembakan massal di Uvalde, Texas: 19 siswa SD tewas oleh remaja bersenjata, Salvador Ramos. Ditambah dua guru.
- Kabar Duka, Ayah Rendy Kjaernett Meninggal Dunia
- Sidang Semu
- Bos Rental Mobil Tewas Ditembak Oknum TNI AL, Penyewa Kendaraan Tersangka
- Penyewa Mobil Kasus Penembakan di Tol Tangerang Jadi Tersangka
- Joe Biden Larang Pabrik Baja Amerika Dijual ke Perusahaan Jepang
- Banjir di Morowali Utara, Seorang Warga Meninggal Dunia, 3 Orang Luka Ringan